Arti Penting Ibu Bagi Chairul Tanjung

            Mengobrak-abrik deretan buku di rak, ada buku lama yang menarik perhatianku kemarin malam, “Dahsyatnya Gigih” karya T. Wahyu Prasetyahadi. Melihat sekilas wajah si buku, aku sedikit mengingat bahwa aku pernah membacanya. Buku yang memiliki warna mayoritas merah tersebut berisikan tentang ulasan tentang tiga orang tokoh hebat dibidangnya masing-masing. Yakni, Chairul Tanjung, Sandiaga Uno, dan Hary Tanoesoedibjo. Memiliki jumlah halaman 160, buku tersebut aku baca ulang. Dan ada satu hal yang ‘sangat’ menarik, yang ingin aku share kali ini, yaitu tentang Arti Penting Ibu Bagi Chairul Tanjung. Selamat menyimak cerita ulangku.
            Membicarakan tentang sosok ‘ibu’, rasanya tidak pernah habis kebanggaan tentang beliau. Bagaimana Al Qur’an menjelaskan tentang cinta, pengorbanan, dan jasa beliau. Tak heran jika salah seorang pengusaha baja ternama (Budi Harta Winata) sempat berkicau di dunia twitter dengan kalimat, “Jadikan orangtuamu Raja, maka Rezeki-mu seperti Raja”. Menurut pemilik PT. Artha Mas Graha Adalan tersebut, orang hebat dan sukses yang ia kenal semuanya memperlakukan orangtuanya seperti raja. Menghormati, memuliakan, melayani, dan memprioritaskan orangtua, begitulah yang orang-orang hebat lakukan. “Jangan perlakukan orangtuamu seperti pembantu, karena orangtua adalah manusia mulia bagi kehidupanmu. Cinta mereka tidak pernah bisa dihitung oleh akal, pikiran, maupun logika. Jika kamu masih meminta harta pada orangtua padahal kamu sudah dewasa atau meminta mereka merawat anakmu sementara kamu sibuk bekerja atau yang lainnya. Maka bila ini yang terjadi maka rezekimu adalah rezeki pembantu, karena kamu memperlakukan orang tuamu layaknya seorang pembantu” tutur beliau disalah satu kesempatan.
            Sebuah survey kecil-kecilan pun sempat dilakukan oleh beberapa orang (bisa kalian coba di lingkungan sekitar), berapa anak yang dimiliki? Siapa yang paling sukses? Dan siapa yang paling susah? Ternyata jawabannya semua sama. Anak-anak yang sukses adalah anak yang memperlakukan orangtua-nya seperti raja dan anak yang susah hidupnya adalah mereka yang sibuk dengan urusannya sendiri dan kurang peduli terhadap orangtuanya.
            Begitupun dengan Chairul Tanjung. Ibumu, ratumu. Mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan bagaimana kecintaan si anak singkong pada sang ibu. Jika ada istilah lain, “surga berada di telapak kaki ibu” Pak CT (begitu sapaanku) sangat setuju dan sangat percaya dengan hal tersebut. “Bahkan, kalau benar-benar berbakti kepada ibu dengan sepenuh hati dan ikhlas, maka surga juga akan kita gapai di dunia” kata Pak Chairul.
            Pengorbanan sang ibu yang rela menggadaikan kain halus miliknya demi membayar biaya kuliah Pak Chairul merupakan salah satu pengorbanan beliau dibalik kesuksesan putranya. Sejak saat itu, Pak Chairul bertekad dengan modal otak yang pintar dan pekerja keras, berusaha sendiri dalam membiayai kuliah. Memanfaatkan jalinan silaturrahmi antar teman, yang sudah dimiliki oleh Pak Chairul sejak tingkat siswa hingga mahasiswa (beliau aktif dibanyak organisasi), beliau menjalanankan berbagai macam bisnis. Memulai usaha fotocopy, jual beli mobil bekas, dan pengadaan alat-alat mahasiswa kedokteran gigi.
            Setelah menyelesaikan studinya di FKG UI, beliau lebih memilih serius berbisnis daripada melanjutkan karir dibidang dokter gigi. Semua suka duka dan jatuh bangun yang menghiasi kehidupan Pak Chairul dilalui hingga 1995 ketika sang ibu berniat menunaikan ibadah haji ke Makkah. Disinilah momentum kehidupan Pak Chairul dimulai sampai ia disebut the rising star  dalam perbisnisan di Indonesia.
            Singkat cerita, sang ibu meminta naik haji ketika itu. Namun Pak Chairul memikirkan siapa yang akan menemani bidadari surganya tersebut (bukan masalah biaya). Setelah dipertimbangkan, akhirnya Pak Chairul memutuskan untuk berangkat menemani sang ibu. Dan perjalanan haji itu pun sungguh memberikan makna mendalam dan berkah terhadap kehidupan, serta usaha Pak Chairul sampai sekarang.
            Sebuah kisah menarik dan inspiratif tentang salah seorang sahabat nabi, Salman Al-Farisi (kisah lengkapnya baca disini) yang diceritakan langsung oleh KH. Zainuddin MZ selaku pembimbing jamaah di tanah suci Makkah, mampu memberi kesan yang mendalam bagi Pak Chairul. Dia merasa apa yang dilakukannya (menemani sang ibu menunaikan ibadah haji) masih sangat jauh dibandingkan perjalanan Salman Al-Farisi (mengantarkan sang ibu menunaikan ibadah haji). Bagi Pak Chairul, apa yang diraihnya selama ini merupakan berkah dan amanah dari Allah SWT dan tentu atas kekuatan doa sang ibu yang begitu luar biasa perannya terhadap kesuksesan yang beliau capai selama ini.
            Selama melakukan ibadah haji bersama sang ibu, Pak Chairul-lah yang mengurusi segala keperluan malaikat terlihatnya tersebut. Mulai dari hal terkecil hingga hal terbesar dan terpenting. Disuatu kesempatan, Pak Chairul pernah menyampaikan pandangannya terhadap sang ibu, sebagai berikut, “Dimana-mana, peran ibu menjadi kunci yang besar. Di agama yang saya anut, selalu mengedepankan peran ibu sangat penting. Pertama itu selalu ibu, yang kedua ibu, yang ketiga ibu. Baru yang keempat bapak. Peran ibu itu begitu luar biasa. Oleh karena itu, yang masih memiliki ibu, memiliki orangtua, jaga, rawat, hormati, dan jangan pernah sakiti hatinya. Kenapa? Ibu adalah ‘jimat’ kesuksesan saya dan anda. Tidak pernah ada orang sukses yang tidak hormat kepada orangtuanya, apalagi kepada ibunya. Sebab, ibu itu kalau berdo’a paling lempeng, paling cepat diterima Allah SWT. Jadi, betul, ibu adalah kunci dari kesuksesan saya dan anda.”

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes