MENU

Sudahkah Kita Bisa Baca (makna) Alquran?

Saat itu saya tinggal di Jepang. Tepatnya tahun 2007. Seorang Jepang yang menjadi pembimbing saya, sebut saja Kimura, menanyakan pertanyaan yang menyudutkan saya sebagai umat Islam. Saya berpendapat, apa yang saya rasakan mungkin akan dirasakan pula oleh orang Islam yang lain, yang memiliki pengetahuan dan pemahaman ala kadarnya tentang Islam. Pertanyaan itu terasa sederhana, simple, dan aplikatif dalam keseharian umat Islam ‘abangan’ seperti saya. Saking sederhananya, sampai-sampai sulit untuk saya lupakan, bahkan setelah lebih 4 tahun berlalu.
Memang banyak hal yang kami berdua bicarakan saat itu. Namun semuanya mengerucut ke masalah agama saya, agama Islam. Saat itu Kimura bertanya “apakah kamu bisa membaca itu?” sambil menunjuk Alquran yang ada di atas meja di sebelah kanan saya. Saya menjawab “ya, tentu saja.” Seolah masih belum puas dengan jawaban saya karena dia tahu saya orang Indonesia dan tentu saja menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian. Sementara apa yang ada di Alquran adalah bahasa Arab. Dia melanjutkan pertanyaan selanjutnya, “apakah kamu tahu maknanya?” Pertanyaan inilah yang melekat dibenak saya sampai sekarang.
Para ustadz dan para kiyai sering mengatakan tentang manfaat orang membaca Alquran. Mereka mengatakan dengan mendasarkan pada banyak rujukan dalil-dalil naqli tentang faedah membaca Alquran. Saya juga masih ingat apa yang pernah dikatakan oleh pengasuh pesantren tempat saya sekarang ini belajar, KH Achmad Hasyim Muzadi, ketika membaca quran, paham atau tidak paham maka suasana rahmat itu akan datang. Kalau kita mau merenung lebih dalam, kemudian menanyakan kepada diri sendiri, apakah sudah puas ketika membaca Alquran maka kita akan memperoleh suasana rahmat, padahal kita tidak tahu makna dari yang kita baca tersebut.
Analogi yang mungkin bisa saya pahami, ada mahasiswi Indonesia yang sangat suka sekali dengan lagu-lagu korea. Dia perempuan. Dia sangat fasih melafalkan lagu-lagu boy band seperti Suju, karena sering mendengarkan dan pergi ke karaoke. Dia belum pernah sekalipun belajar bahasa Korea. Dia memperoleh lirik lagunya dari internet, itupun setelah ditulis dengan huruf alphabet, bukan tulisan Hangul yang asli Korea. Suatu ketika, dia memperoleh kesempatan tampil dihadapan tamu-tamu dari Korea di acara pertukaran pelajar. Acara tersebut juga dihadiri oleh duta besar Korea. Mahasiswi tersebut tampil sempurna. Selesai menyanyi, seluruh hadirin bertepuk tangan meriah sekali. Dia pun bangga. Orang-orang Korea yang hadir pun kagum dengan kemampuannya melafalkan lagu itu. Padahal mahasiswi tersebut tak tahu arti dan isi lagu yang baru saja dia nyanyikan!
Pertanyaan Kimura, bagi saya mirip dengan cerita mahasiswi itu. Bedanya hanya mahasiswi itu bisa dengan indah menyanyikan lagu Korea, sementara saya hanya bisa membaca Alquran dengan terbata-bata, tidak seperti Qari’ yang pandai melantunkan ayat-ayat suci Alquran dalam sebuah acara hari besar Islam. Lalu apa kaitannya dengan membaca Alquran? Semua orang tahu bahwa Alquran diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Rosulullah SAW, orang Arab. Bahasa Alquran juga bahasa Arab. Maka sangat rasional sekali kalau saya berpendapat dengan membaca Alquran, orang-orang Arab tentu sudah paham, minimal arti dari yang dia baca.
Bagaimana dengan orang yang memakai bahasa lain selain bahasa Arab? Saya sepakat dengan apa yang disampaikan abah Hasyim melanjutkan potongan pesan tadi diatas. Kalau paham dengan yang dibaca (Alquran) suasananya akan lebih meningkat. Kalau bisa menafsirkan Alquran tentu lebih meningkat lagi. Maka membaca saja, karena itu mukjizat, sebelum paham makna bacaannya, rahmat itu sudah datang. Itulah kemuliaan Alquran. Nah, dimanakah posisi kita sekarang? Mari kita renungkan baik-baik keberadaan kita terkait kebesaran makna yang Allah SWT sampaikan didalam Alquran, sehingga membuat kita semua umat Islam rajin membaca Alquran dan memahami makna yang terkandung didalamnya.
Kalau kita sudah merasa puas dengan membaca Alquran saja, lalu apa bedanya kita dengan mahasiswa yang saya ceritakan diatas? Wallahu a’lam bishawab.

1 comment :

  1. kadang umat islam sendiri lah yang menutupi kebesaran islam. bahkan itu terjadi lama sekali, sejak lebih dari 1000 tahun lalu.

    ReplyDelete

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes