MENU

Kisah Guru Baru: “Woles Aja Bu”


X BC

            Sabtu, 03 Agustus 2013 adalah hari terakhir masuk sekolah sebelum libur panjang Idul Fitri. Di hari terakhir ini, aku menyiapkan kertas potongan sedang untuk dibagikan pada anak kelas X BC, XI BC, dan XII BC. Aku ingin mereka menuliskan tentang diriku selama ini dalam bentuk kritik, saran, dan sejenisnya. Aku kebagian mengisi 7 jam, 3 jam di kelas X, 2 jam di kelas XI, 2 jam di kelas XII. Bismillah... aku naiki angkot berwarna kuning yang akan mengantarkanku ke SMKN 4 Jember.
            Jam pertama dan jam kedua pagi ini aku mengisi di kelas XI BC mengenai mapel Fotografi. Sebelum pelajaran berakhir aku bagikan kertas berwarna kuning pada seluruh siswa di kelas. Dan hasilnya aku simpan dalam map pribadiku. Bagaimana hasilnya? Aku juga penasaran
            Di jam ke-3,4, dan 5 giliranku mengisi di X BC. Akupun melakukan ritual yang serupa, yakni membagikan kertas senada namun berbeda warna (hijau). Mereka terdengar riuh saat melakukan ritual menulis kritik dan saran untukku. “Bebas ya bu?” “Gak usah pake nama kan bu?” “Apa aja bu?” dan celotehan-celotehan lainnya. Dan satu persatu dari 37 siswa kelas X BC mulai menuju ke arahku untuk mengumpulkan kertas yang mereka isi.
            Disaat jam istirahat, aku baca satu persatu sekumpulan kertas dengan puluhan perbedaan tulisan tersebut. 90% dari isi kertas tersebut hasilnya sama, yakni “Woles aja bu kalo ngajar/ Jangan cepat-cepat bu kalo ngajar”. Dadaku terasa sesak, Ya Allah... sungguh berdosa hambamu ini, kebiasaanku berbicara cepat terbawa ke dalam kelas. Sungguh aku tak sengaja, itu diluar kendaliku. Aku sudah mencoba, semoga setelah libur panjang ini aku bisa berubah, aku akan mengusahakannya. Aku mengutuk diriku sendiri, bukan hanya 1 atau 2 anak yang mengatakan ini, tapi lebih dari 90 persen dari seluruh siswa kelas X dan kelas XI. Ya Rabb... ampuni aku. Aku ingin berteriak dan menangis, aku sungguh malu bertemu dengan mereka. Aku ingin bersimpuh dihadapan mereka. Terlalu banyak keinginanku atas kesalahan fatal ini, tapi keinginan terbesarku adalah kata MAAF dari mereka semua. Namun, airmata tak sempat membanjiri pipiku, ada beberapa kalimat yang menghiburku, bukan karena merupakan sanjungan, tapi karena lucu saja. Dan aku cukup terhibur.
            Ini dia beberapa isi dari kertas berwarna yang aku bagikan:
“PERFECT! Kalo bicara jangan cepat2”
“Bu Atiya itu orangnya baik, ngajarnya juga bagus dan selalu sabar tapi kalau ibu menjelaskan tentang pelajaran terlalu cepat sehingga saya kurang mengerti tentang apa yang disampaikan, saran saya kalau ibu menyampaikan penjelasan diperlambat sedikit”
“Bu Atiya asyik ngajarnya tapi terlalu sebentar, kurang lama ngajarnya. Lebih dilamain donk waktu ngajarnya buk”
“Bu Atiya seh menurutku baik, cantik, sama pinter. Saya harap setelah liburan nanti bu atiya lebih baik lagi. Tidak ada yang saya kritik buat bu atiya soalnya bu atiya itu orangnya ISTIMEWA *dibaca gaya chibi”
            Dan lainnya, yang intinya “WOLES AJA BU”. Akan aku usahakan dengan usaha sesungguh-sungguhnya, lebih lambat, lebih pelan, dan lebih tegas. Terimakasih untuk semuanya, karena mereka aku lebih bersemangat dan Maaf untuk semua kekurangan dan kesalahanku. #Menangis karena kesalahan yang tak kusadari #Tersenyum karena kata2 dan tingkah lucu mereka semua. See U ....

*Tidak ada pembagian kertas di kelas XII BC karena di jam ke 6 dan 7 digunakan untuk bersih2 kelas.
XI BC

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes