MENU

Membangun Jiwa Kreatif Melalui Flanel


            Akhir-akhir ini virus kerajinantangan menggunakan kain flannel merebak di kalangan masyarakat. Tak terkecuali di Asrama Putri STAIN Jember. Warna-warni cantik flanel menghiasi tas, handphone, lemari, dan jilbab para mahasiswi. Semuanya merupakan hasil buatan sendiri.
            Demam flanel muncul berawal dari pelatihan yang diselenggarakanoleh pengurus asrama selama 4 hari di Aula Asrama Putri STAIN Jember. Mulai dari hari Senin-Kamis para mahasiswi diajarkan bagaimana cara mengolah lembaran kain flanel menjadi sebuah aksesoris cantik. Sekitar 106 mahasiswi dilatih selama 2 jam perhari. Mereka terlihat begitu semangat dan antusias untuk mengasah ide kreatifnya mengembangkan flanel.
Vina, sang pelatih dengan sabar mengajarkan pembuatan aksesoris dari kain flanel  mulai dari nol. Membentuk pola desain, mengukur, menggunting, menempel, hingga tahap akhir yakni mempercantik hasil. Peralatan yang digunakanpun sangat sederhana, yaitu kain flanel, gunting, kertas, pensil, lem, peniti, dan lain sebagainya.
            Dihari pertama dan kedua pelatihan yang bertemakan “Berkreatifitas Dengan Kain Flanel” ini, peserta masih dipandu oleh sang pelatih yang sudah ahli dibidang flanel.  Mempelajari tahap dasar pembuatan yakni desain gambar. Menggambar sebuah pola diatas kertas lalu mengguntingnya. Dan membentuk flanel sesuai dengan pola yang digambar. Kreasi peserta masih seragam dengan apa yang dicontohkan oleh sang pelatih.
            Namun, dihari ketiga dan keempat ada yang berbeda. Diruang berlantaikan warna hijau tersebut, para mahasiswi fokus pada kain flannel masing-masing. Potongan-potongan flanel berserakan dimana-mana. Semuanya terlihat sibuk membentuk selembar flanel menjadi sesuatu yang bermakna dan berharga. Tanpa panduan dari sang pelatih, seluruh peserta membentuk flanel sesuai imajinasi masing-masing. Hadiah bagi yang terbaik, menambah semangat para peserta untuk mempersembahkan karya terbaiknya.
Meski sudah diajarkan pada hari sebelumnya, tak sedikit dari para peserta yang masih merasa kesulitan. “Bingung mau buat apa, terlalu banyak gambaran di kepala. Tapi sulit untuk mengaplikasikannya” ucap salah seorang peserta yang berkaca mata. Gadis manis yang dikenal dengan nama Nurul itu, akhirnya membuat sebuah bunga. Memadukan dua warna, yakni merah dan putih. Yang terdiri dari enam kelopak dan satu bulatan kecil melingkar seperti kue lapis.
Karya Pertama
            Dalam proses belajar, tak ada kata sempurna. Begitupun dengan hasil akhir puluhan kain flanel  yang sudah dibentuk oleh para mahasiswi sekaligus peserta pelatihan. Mayoritas, flanel dibentuk menjadi pita kupu-kupu. Karena pola itulah yang dianggap termudah. Namun, tak jarang pula yang membentuk flanel menjadi beraneka ragam bentuk. Seperti, sayuran, hewan, angka, huruf, buah, bunga, dan lain sebagainya.
            Hasil kreatifitas kain flanel langsung digunakan oleh masing-masing peserta. Tak hanya sebagai pemanis tampilan, flanel juga mampu menjadi fashion yang menarik. Bisa menyesuaikan warna baju dengan aksesoris yang akan digunakan, dengan cara mudah dan harga murah.
            Tak heran jika para peserta pelatihan merasa “ketagihan” untuk terus menelurkan beraneka bentuk barang berbahan dasar flanel. Pelatihan memang sudah selesai, tapi penghuni Asrama Putri STAIN Jember masih belum berhenti memainkan flanel. Tangan-tangan kreatif itu terus bergerak dan bekerja, hingga ada puluhan bahkan ratusan olahan flanel di Asrama yang terletak tepat di belakang kampus STAIN Jember itu.
 Dipasarkan
            Menyadari aksesoris flanel memiliki harga, segelintir mahasiswi mulai memasarkan olahan flanel karya sendiri. Baik ke daerah sekitar kampus atau ke daerah di luar kampus. Tak sia-sia, jerih payah itu memperoleh hasil. Setiap flanel yang sudah berubah bentuk menjadi bros, dibandrol dengan harga sekitar Rp 500 – Rp 3.000. Tergantung pada tingkat kerumitan pembuatan dan ukuran barang.
            Sedangkan untuk gantungan kunci atau handphone, dibandrol dengan harga sekitar Rp 2.000 – Rp 6.000.  Keuntungan yang didapat tak bisa dibilang sedikit, karena flanel masih ramai peminat. “Flanel memberikan aksen imut dan unik, jadi banyak orang yang memburunya. Beruntung saya bisa mengikuti pelatihan tentang cara mengkreasikan kain flanel. Yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi paham dan tertarik bergelut di dunia flanel” ungkap Nayla mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa Arab. Mahasiswi penghuni kamar 10 Blok VI ini menambahkan, bahwa selain untuk dikonsumsi sendiri, hasil kreasi dari flanel bisa juga untuk dijual. Jadi, tak ada ruginya.


Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes