Home Unlabelled Bagian Dari 100 Mimpi Yang Lucu
Bagian Dari 100 Mimpi Yang Lucu
Atiya Fauzan March 01, 2015 0
Ada yang pernah melihat video motivasi dari Danang Mahasiswa IPB Bogor? Aku pernah. Setelah melihat video yang sangat inspiratif tersebut, aku langsung mengcopy paste hal yang dilakukan oleh mahasiswa terbaik IPB tersebut. Dalam video berdurasi 7 menit itu, diceritakan bahwa Danang sang motivator berani menuliskan 100 mimpi pertamanya secara nyata, dan ditempelkan di dinding kamar. Meski banyak yang menyangsikan hal yang dianggap mustahil bin ‘aneh’ tersebut, Danang tetap optimis untuk mewujudkan setiap mimpi-mimpinya. Dan pada akhirnya, mimpi itu berubah menjadi kenyataan. Happy ending.
Apa yang dilakukan oleh Danang, juga aku coba untuk dilakukan. Menuliskan 100 mimpi yang nyata dan aku tempel di dinding kamar, tepat di atas rak buku dan meja belajar. Benar saja, mimpi-mimpi itu pasti ada yang mengomentari. Dan tentunya sahabat-sahabatku (makasih sebelumnya sobat). Untuk skala mimpi yang baik, wajar, dan mulia, mereka mendukung 100%. Namun ada beberapa mimpi yang menggelitik, yang mereka anggap ‘aneh’. Diantaranya: Pertama, Bertemu Raditya Dika (dilengkapi dengan foto Radit yang tertempel). Spontan saja sahabatku berkata, “Raditya Dika? Bertahun-tahun kamu masih mengidolakannya? Apa sih bagusnya si Radit? Pendek, kecil, berwajah standar. Perbandingannya itu 11: 12.000 sama Vino G. Bastian. Please deh, mbok yo toh kalau mengidolakan selebritis itu yang mendingan dikit” Hah? Sesadis itu sahabatku menghina Radit. Aku terdiam. Biarlah, mungkin hanya aku yang mampu melihat segala kejeniusan seorang Raditya Dika. Penulis buku, actor, sutradara, comic, pengusaha, bintang iklan, blogger, presenter, dan lainnya. Tapi sahabatku tidak melihat itu semua. Sayangnya.
Kedua, Menyentuh Salju (lengkap dengan gambar salju yang lembut). Hal satu ini tidak luput dari komentar juga. “Salju? Kita kan orang Indonesia, mana mungkin ada salju. Ya harus keluar negeri. Lagian juga apa sih gunanya menyentuh salju? Cuma sentuh? Ya hanya sensasi dingin. Kan ada es batu, ngapain sibuk-sibuk mengejar salju”. Aku kembali terdiam. Namanya juga mimpi dan keinginan. Selama ini hanya melihat salju dalam film saja. Aku hanya ingin merasakan bagaimana jika hidup dalam lingkungan penuh salju, membuat boneka salju, merasakan sensasi dingin, bermain dengan tumpukan salju. Hanya itu, dan seaneh itu bagi yang lainnya.
Ketiga, Bernyanyi Diatas Panggung (gambar panggungnya pun tertempel di dinding). Jika oranglain yang memimpikannya, mungkin wajar. Tapi jika aku? Sahabatku menganggapnya ‘aneh’. “Nyanyi? Kamu? Aku tahu kamu bisa menyanyi. Tapi seorang ‘kamu’ lebih pasnya itu ceramah saja di atas panggung, nge-MC, baca puisi, atau jadi penyiar radio. Lagian kamu mau menyanyi lagu apa? Mau jingkrak-jingkrak? Yang benar saja. Cukup di dalam kamar saja nyanyi-nya.” Aku tetap membisu. Hmmm. Menyanyi kan tidak harus jingkrak. Membawakan lagunya Bang Opick yang syahdu hanya cukup dengan gerakan tangan. Yang penting penjiwaannya. Memang suaraku tidak seunik Fatin Shidqia Lubis, tapi setidaknya ada yang memuji suaraku ‘indah’. Ya. Kamu. Iya… kamu. Sahabatku. Lupa? (bacanya pakai gaya @dodit_mulyanto ya...)
Begitulah sebagian mimpi yang lucu itu. Insya allah aku sambung lain waktu. Selamat bermimpi ya. Setiap yang terjadi dalam hidup, orang lainlah yang mengomentari, kita yang menjalani, dan Allah yang menentukan. Selamat awal pekan. Selamat kembali bekerja, berkarya, dan belajar.
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment