Tangga Dan Kesuksesan



            28 Februari 2015. Sekolahku masih melakukan Uji Kompetensi Kejuruan. Pada hari sabtu memasuki sesi Editing, yang dilaksanakan di lantai 3, tepatnya di Laboratorium Multimedia. Dalam perjalanan menuju lantai tiga, aku ditemani rekan kerjaku, Bu Endang. Sembari menaiki tangga, aku mengeluhkan kelelahan menaiki tangga yang super tinggi. Dan obrolan pun dimulai.
“Capek ya buk kalau naik tangga sebanyak ini. Lebih enak turunnya daripada naiknya” ucapku sembari tetap melangkah dari satu anak tangga ke anak tangga yang lain.
“Menaiki tangga ini buk, sama seperti menjalani kehidupan. Untuk mencapai tempat tertinggi, dibutuhkan perjuangan yang hebat. Satu demi satu anak tangga harus dilalui, begitu juga dengan hidup. Tahap demi tahap harus kita jalani. Terkadang tangga itu licin, ada batu, dan lainnya. Hidup pun demikian. Ada cobaan, halangan, dan rintangan. Tugas kita bukan menyerah dan kembali pada tangga paling bawah. Tapi terus melangkah dan hadapi apapun itu. Dan jika membicarakan masalah tentang menuruni tangga yang lebih mudah, bukankah untuk gagal dalam hidup itu juga mudah? Jika kita ingin mencapai titik terbawah dalam hidup ini, jalannya begitu gampang buk. Tanpa harus kelelahan dan tanpa perjuangan. Maka dari itu, tangga memiliki kaitan erat dengan kesuksesan dan kegagalan. Dan pilihan itu ada pada kita. Ketika kita dihadapkan dengan sebuah tangga yang begitu ditinggi, hanya ada dua pilihan. Tetap ditempat seumur hidup atau coba menaklukan segala rintangan dengan menaikinya. Dan jika kita berada ditengahnya, maka ada tiga pilihan, turun, diam, atau naik.” Jelas beliau dengan antusias.
            Memang, aku yang termuda di kantor ini. Semua rekan kerjaku hampir seusia ibu, paman, dan kakak-kakakku. Tapi, berkawan dengan seseorang yang jauh lebih tua itu tidak kalah mengasyikkannya dengan teman sebaya. Beliau-beliau lebih banyak memakan asam garam kehidupan dan tentunya lebih bijak. Karena beliau-beliau telah puluhan kali lipat lebih tahu seperti apa dunia ini, bagaimana menjalaninya dan bagaimana pula untuk mengakhirinya. Terima kasih Ibu Endang Lestari S.Kom atas untaian kalimat mulianya.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes