Home Unlabelled Membangun Iklim “Melek Media” Di Kalangan Mahasiswa
Membangun Iklim “Melek Media” Di Kalangan Mahasiswa
Atiya Fauzan May 13, 2012 0
Membangun Iklim “Melek Media” Di Kalangan Mahasiswa
Oleh: Atiyatul Mawaddah*
Tidak mungkin saat ini bisa hidup tanpa media. Begitupun dengan mahasiswa, yang berada pada posisi konsumer terkait tindakan menonton televisi. Benda yang sering disebut dengan the miracle box itu, sudah akrab dengan kehidupan mahasiswa. Menjadi kaum intelektual, bukan jaminan akan terhindar dari bahaya televisi. Oleh karena itu, melek media menjadi wajib hukumnya untuk diaplikasikan. Agar mahasiswa menjadi khalayak cerdas yang bisa memilah dan memilih apa yang akan dikonsumsi dari sebuah tayangan yang disajikan.
Program acara televisi semakin hari semakin beraneka ragam. Mulai dari sinetron, kuis, realitiy show, infotainment, dan sederet acara lainnya. Tak lupa, selalu dibumbui dengan hal-hal yang tidak penting dan tidak seharusnya dipertontonkan. Tak heran jika mahasiswa -juga- sering terbuai untuk duduk berlama-lama di depan TV dan menyerap apa saja yang disuguhkan.
Gaya hidup mewah, menafikan proses, menjual mimpi, pelepasan tak terkendali atas hasrat seksual (pacaran, selingkuh, seks bebas), perebutan harta tak berkesudahan, kekerasan fisik, dan perendahan mental sudah menjadi ciri khas dari televisi kita. Maka akibat dari kekerasan yang ditimbulkan oleh televisi -kekerasan dokumen, fiksi, simulasi, dan simbolik- tidak lagi bisa dihindari. Tak heran jika Fred Rogers mengatakan bahwa televisi merupakan satu-satunya peralatan elektronik yang lebih bermanfaat justru setelah dimatikan.
Menyadari televisi tak selalu mendidik dan tak selalu mengandung sajian positif, maka solusi dari pengaruh negatif televisi adalah “melek media”. Khalayak dituntut untuk berani memutuskan dalam menyimak televisi, agar tidak menelan begitu saja apa yang dilihat dan apa yang didengar lewat layar kaca. Seperti berlaku disiplin untuk tidak kecanduan televisi, membudayakan aktifitas membaca, mematikan televisi ketika menemui acara t`k layak tonton, melakukan program diet televisi, dan lain sebagainya.
Miskinnya wacana dalam televisi kita saat ini, tak cukup hanya dengan menghindari atau mematikannya saja. Kita -mahasiswa- harus memiliki langkah cerdas lanjutan yang perlu dilakukan. Seperti mendirikan Televisi Pendidikan atau Televisi Islami. Sehingga khalayak memiliki pilihan lebih banyak mengenai sajian bermanfaat yang akan dikonsumsi. Jika kita bisa, why not?
*Penulis adalah penimba ilmu di prodi KPI sekaligus di Pesantren Putri STAIN Jember.
About Author
Related Posts
- “Belajar, Berkarya, Bekerja dan Berprestasi Bersama IndiHome”
- Simbiosis Mutualisme Pajak Dan Pendidikan
- Will You Marry Me? (Cerpen)
- Memulai Pendidikan Yang Terkoneksi Dengan Ketahanan Pangan Keluarga
- Memulai Pendidikan Yang Terkoneksi Dengan Ketahanan Pangan Keluarga
- Melawan Hoaks Dimulai Dari Rumah
- Mengenal Wajah Kecanggihan Dan Kekinian Desa Sejahtera Astra (DSA) Kalurahan Gilangharjo Dalam Website Pemerintah Lokal Rasa Nasional
- “Asyik Ditraktir Kakak Ipar Pakai QRIS Cross-Border: QRISnya Satu, Menangnya Banyak”
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment