MENU

Lagi dan Lagi Kembali











“Lagi dan Lagi Kembali...”
            Yogja memang memiliki sejuta pesona. Tak heran jika kota gudeg tersebut tidak pernah sepi dari kehadiran para wisatawan, baik lokal maupun asing. Mengapa? Karena Yogja menawarkan banyak keindahan yang tak ditemukan di tempat lain. Mata dibuat tidak pernah lelah memandang inchi per inchi dari kota tempat bertenggernya universitas ternama tersebut. Telinga yang mendengar kebisingan lalu lalang kendaraan terobati, ketika mendengar para pengamen profesional dan kreatif menghibur disepanjang jalan malioboro. Jadi wajar saja jika banyak orang yang merasa “ketagihan” untuk kembali. Tak terkecuali aku.
            2010. Pertama kalinya kakiku benar-benar menginjak tanah Yogja. Untuk jumpa pertama, Yogja mampu memikat hati. Menyuguhkan sebuah keramahan, keindahan, dan keragaman. “Wow” hanya kata itu yang terlontar dari mulutku. Malam di Yogja aku habiskan disebuah penginapan sederhana. Untuk menahan lilitan perut karena lapar, sebungkus nasi kucing aku lahap. Pengalaman pertama menikmati nasi yang sangat akrab dengan lidah orang- orang Yogja baik asli ataupun pendatang. Paginya, bus membawa aku ke arah candi Prambanan, menikmati warisan budaya nenek moyang. 30 jam di Yogja sangat terasa kurang. Ini bukan pendapatku saja, tapi juga seratus teman wanitaku lainnya- biasanya kami disebut dengan anak asrama-. Meski bus meluncur mendekati kota suwar-suwir, sensasi rasa gudeg masih melekat di lidah. Tumpukan dagangan beraroma batik masih melekat dalam ingatan. Hanya ada satu pertanyaan dalam benakku, “kapan bisa kembali lagi ya?”
            2011. Tergelincirnya mentari sore dibulan april mengiringi kepergianku menuju sebuah kota yang memiliki julukan Daerah Istimewa. Tentu tak terhitung berapa bunga yang hinggap di hatiku. Kenangan setahun silam otomatis terputar. Menikmati lampu- lampu malam Malioboro, berburu Buku dan Batik, menatap lalu lalang Trans Jojga, bertemu dengan wisatawan asing dari mancanegara, menikmati manisnya ledakan rasa bakpia. Waduh,,, Yogja memang ngangenin. Tahun ini, aku beserta rombongan mampir ke sebuah candi yang sangat terkenal, Borobudur. Melihat langsung batu- batuan yang bertumpuk penuh makna memang berbeda dengan ketika melihatnya hanya di layar kaca.
            2012. Tidak aku sangka indra penglihatanku akan kembali menatap keeksotikan kota Yogja. Sedikit banyak aku sudah tahu mengenai Yogja, mulai dari Borobudur, Prambanan, Parangtritis, Malioboro, Museum- museum, Shoping Center, dan lainnya. Tapak kakiku membelah keramaian kota Yogja. Banyak tujuan yang dimiliki orang-orang untuk singgah sejenak ataupun lama di kota ini. Mulai dari mengadu nasib, menimba ilmu, sekedar berlibur, atau untuk menetap selamanya. Aku termasuk dalam golongan ketiga (sekedar berlibur). Di tahun ini ada satu pengalaman yang tidak aku temukan di Yogja dua tahun silam ataupun tahun lalu, yakni melihat langsung syuting sebuah film. Dibawah terik matahari, di alun- alun kota para artis beradu akting. Aku melihatnya dari kejauhan.
            Tiga tahun berturut- turut mengunjungi Yogja, aku jadi memiliki sebuah mimpi untuk menikmati lebih lama keindahannya. Jika ada kesempatan ditahun depan, aku ingin kembali. Kembali menginjakkan kaki di tanah Yogja, kembali mengunjungi museum- museum, kembali mengincar buku- buku murah, kembali menikmati gudeg asli, kembali duduk di Trans Jogja, kembali mengelilingi universitas- universitas ternama, kembali mencicipi bakpia gratis, kembali melihat syuting film atau iklan, kembali menikmati nasi kucing. Semoga...

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes