Home KOMPETISI Memulai Pendidikan Yang Terkoneksi Dengan Ketahanan Pangan Keluarga
Memulai Pendidikan Yang Terkoneksi Dengan Ketahanan Pangan Keluarga
Atiya Fauzan November 15, 2020 0
Jika aku menjadi pemimpin Indonesia, maka aku ingin memulainya dengan langkah pertama melalui sektor pendidikan. Dimana pendidikan merupakan jiwa bagi sebuah negara. Melalui pendidikan, kita bisa memberdayakan generasi muda (mulai dari pelajar hingga mahasiswa) untuk berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan Indonesia. Dimulai dari kelompok kecil di negera ini, yakni keluarga.
Aku ingin memulai pendidikan yang terkoneksi dengan ketahanan pangan keluarga. Karena setelah pandemi Covid-19 ini melanda, ada banyak keluarga yang kalah ketika menerima tantangan dalam kehidupan. Maka menjadi langkah tepat untuk mengoptimalkan peran generasi muda, sebagai generasi terkuat dan tercerdas dalam sebuah keluarga. Yakni untuk menerima edukasi tentang kemandirian dalam memaksimalkan ketahanan pangan keluarga dan kembali memberi edukasi tentang hal tersebut kepada anggota keluarga lainnya.
Ketika pandemi ini masih ada ataupun berakhir nantinya, sebuah keluarga tidak perlu lagi merisaukan perihal ketahanan pangan. Karena selama ada generasi muda dalam keluarganya, baik sebagai pelajar atau mahasiswa, ia yang akan menjadi estafet penyampai pesan dan pelaku praktek dari pemerintah dan lembaga pendidikan. Perannya mungkin sederhana, tapi dampaknya sangat luar biasa, karena akan bisa menyelamatkan jutaan keluarga.
Tantangan Keluarga di Tengah Pandemi
“Kulihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati. Air matanya berlinang, emas intannya terkenang. Hutan, gunung, sawah, lautan, simpanan kekayaan. Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa…”
Cuplikan lirik lagu yang berjudul Ibu Pertiwi di atas, rasanya tepat untuk menggambarkan kondisi Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Karena pandemi ini, pemerintah menghimbau untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, menjaga jarak secara fisik, dan menerapkan kebijakan karantina wilayah. Hal tersebut tentu membuat perubahan hampir diseluruh aspek kehidupan, salah satunya adalah sektor ketahanan pangan keluarga.
Ada ribuan pekerja yang harus di-PHK, jutaan pelajar berjuang dengan kuota internetnya, dan para pedagang yang kehilangan pelanggannya. Tentu hal ini membuat status ekonomi banyak keluarga berada di bawah garis cukup. Dari tiga kebutuhan pokok utama sebuah keluarga (sandang, pangan, papan), ada satu yang paling utama dalam keseharian hidup, yakni pangan. Karena kebutuhan akan pangan menjadi sesuatu yang tidak dapat ditunda.
Kunci dari ketahanan pangan keluarga adalah ketersediaan pangan yang cukup dan merata bagi anggota keluarga. Dan bagi seorang kepala keluarga, menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi menjadi tantangan yang berharga. Sebab harus berdiri di kaki sendiri dan berusaha di tengah orang-orang yang juga sedang kesusahan. Bukanlah hal mudah memastikan keluarga bisa makan, disaat rupiah sulit untuk didapatkan.
Pendidikan dan Ketahanan Pangan Keluarga
Maka, untuk bangkit dari kekhawatiran akan kelaparan di masa mendatang tanpa pangan, pemerintah dalam hal ini sekolah bisa untuk menyelesaikannya dengan pendidikan. Yakni memulainya dengan pembelajaran yang mendorong kesadaran generasi muda yang memiliki peran sebagai pelajar dan mahasiswa untuk mencintai alam. Belajar untuk memanfaatkan lahan ataupun ruang yang ada di rumah.
Materi ketahanan pangan keluarga bisa diajarkan oleh tenaga pendidik kepada para peserta didiknya dengan praktek untuk menanam sayuran dan buah-buahan serta memelihara hewan seperti ikan. Sebelumnya, peserta didik harus memahami dampak positif dari sikap mandiri dalam berkebun dan berternak dari rumah. Pertama, untuk mencintai dan mendekatkan diri dengan alam. Kedua, untuk menjaga ketersediaan pangan keluarga. Ketiga, membantu perekonomian keluarga. Dan keempat untuk menumbuhkan semangat berwirausaha sejak dini.
Besarnya manfaat dari pendidikan yang dihubungkan dengan ketahanan pangan keluarga, seharusnya membuat pemangku kebijakan mampu merespon hal ini dengan mengkonsep ulang pembelajaran di era pandemi (maupun nanti setelah pandemi). Sistem pembelajaran yang mendorong kesadaran siswa untuk mencintai alam dengan berkebun dan berternak secara mandiri, dapat memberi kesadaran yang sama kepada orang tua siswa. Yakni kesadaran bahwa betapa besarnya manfaat dari mengefektifkan lahan dan ruang untuk menghasilkan bahan pangan, seperti sayuran, buah-buahan, serta ikan.
Ketahanan Pangan Keluarga Terjaga Selamanya
Semakin banyak tenaga pendidik yang menerapkan pembelajaran berdasarkan pada katahanan pangan keluarga, maka semakin banyak pula keluarga yang terselamatkan dari krisis pangan. Karena dari berkebun dan berternak secara mandiri, sebuah keluarga bisa memenuhi kebutuhannya dengan lebih efektif, kreatif, dan inovatif.
Selain itu, meski pandemi ini telah berakhir, peserta didik sebagai generasi muda tetap bisa meneruskan atau menularkan kreativitasnya dalam berkebun dan berternak kepada anggota keluarga yang lain. Hal tersebut tentu membuat keluarga semakin mandiri untuk memasok pangan bagi diri sendiri, serta semakin kreatif untuk menyediakan pangan bagi keluarga yang lain. Dengan demikian, bahan pangan mudah didapatkan dan pendapatan mudah dihasilkan.
Belajar mandiri dalam ketahanan pangan keluarga, tidak hanya mengajarkan generasi muda tentang berkebun dan berternak saja, tapi juga ada nilai belajar lain yang sangat bermakna, yakni berwirausaha. Dimana akan ada banyak keluarga yang bisa menjual hasil berkebun dan berternaknya. Ini artinya, semakin banyak wirausahawan yang lahir maka semakin banyak pula peluang lowongan pekerjaan yang ada. Dan pada akhrinya hal tersebut akan mampu meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat secara luas. Karena hal besar selalu dimulai dari hal-hal kecil di langkah pertama.
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment