Home tausiah Amal Kebaikan, Disembunyikan Atau Dipublikasikan? (Berdasarkan Kisah Nyata Dari Om-ku dan Atasan-ku)
Amal Kebaikan, Disembunyikan Atau Dipublikasikan? (Berdasarkan Kisah Nyata Dari Om-ku dan Atasan-ku)
Atiya Fauzan April 04, 2016 0
Kalau kalian ditanya apakah amal kebaikan yang kita lakukan harus disembunyikan atau dipublikasikan, pasti jawabannya beragam dengan alasan yang baik tentunya. Dan jawabanku, yah terkadang harus disembunyikan dan terkadang pula harus dipublikasikan.
Why? Why? Why?
Begini, aku cerita sedikit terlebih dahulu ya. Di kantorku tuh ada salah seorang guru yang memiliki jabatan ‘keren’ di sekolah. Dan dengan rendah hatinya, beliau diam-diam membantu siswanya yang yatim piatu (dalam hal biaya pendidikan). Tiga tahun bekerja dibawah atap yang sama, namun aku tidak pernah tahu. Semuanya beliau lakukan diam-diam. Tempo lalu, karena suatu hal akhirnya aku memahaminya. Prediksiku sih, alasan beliau menyembunyikannya untuk menjaga keikhlasan yang sudah ada. Tanpa berkoar-koar, beliau sudah menabung bekal untuk akhiratnya. Tanpa bercerita dengan penuh kesombongan, beliau beraktifitas seperti biasa tanpa ada yang perlu dibanggakan. Keren kan? Ya iyalah, kan guru SMK Negeri 4 Jember. Hehehe... *sekalian promo*
Dan cerita yang kedua, aku memiliki paman yang luar biasa hebat dalam besedekah kepada sesama. Semua yatim piatu, janda, dan fakir miskin yang dikenal dan berada disekitar lingkungan rumah, pasti dibantu biaya hidupnya setiap bulan, tanpa absen. Belum lagi jika ada bonus dari kantor beliau, pasti akan ada acara tasyakuran yang dihadiri oleh anak-anak yatim. Memang sih kedermawanan pamanku tidak pernah masuk TV seperti para artis, tapi beliau dengan terang-terangan atau mempublikasikannya pada sanak saudaranya saja (termasuk aku, keponakannya). Bukan diceritakan lantas disombongkan lho, tapi hanya saja tidak disembunyikan. Dari yang aku tangkap, beliau memberikan pelajaran lebih untuk generasi setelahnya, bahwa berbagi itu nikmat, berbagi itu istimewa, dan berbagi itu berkah. Tak ayal itulah yang aku tangkap dan coba aku tanamkan sejak mampu mencari uang sendiri tiga tahun lalu.
Bagiku, untuk memiliki adik asuh, nenek/ kakek asuh, atau orang-orang yang dirutinkan untuk menerima rezeki Allah SWT yang dititipkan pada kita, tidak perlu menunggu seperti atasanku yang memiliki jabatan keren atau seperti pamanku yang memiliki jabatan hebat di kantornya. Apapun pekerjaan kita, berapapun penghasilan kita, berapapun jumlah sedekah kita, akan ada pahala dan kebaikan yang sudah kita tabung untuk kehidupan dunia dan akhirat. Yuk sedekah! Terserah akan dipublikasikan atau disembunyikan, semua tergantung pada niatnya. Jangan sombong!
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment