Home umum Kenapa Harus Move On?
Kenapa Harus Move On?
Atiya Fauzan June 04, 2015 0
Kenapa Harus Move On? - Hidup dan masalah seperti wanita dan cantik. Dimana ‘cantik’ berada, melekat, dan menghiasi wanita. Begitupun dengan ‘masalah’ yang berada, melekat, dan menghiasi kehidupan. Banyak orang yang mengartikan masalah sebagai harapan yang tidak sesuai kenyataan, sekecil apapun harapan itu, ketika tidak sesuai dengan kenyataan, maka sudah bisa disebut ma-sa-lah. Seperti halnya ketika kita berharap lulus ujian dengan nilai A, namun kita lulus dengan nilai B. Bagi kita ini adalah masalah, namun bagi orang lain yang berharap B, hal ini merupakan berkah. Satu hal yang bisa kita pelajari, jangan terlalu mudah menilai masalah seseorang, karena saat dia kuat memikulnya, belum tentu kita mampu melakukannya juga.Dari ‘masalah’ kita bisa menarik benang pada ‘galau’. Dititik inilah, manusia diuji, seberapa lama bisa mengatasi kegalauan. Seberapa kuat hatinya bertahan. Seberapa mampu ia mampu kembali seperti sedia kala atau bahkan lebih baik. Karena saat galau menyerang, dengan kadar 1% - 100%, akan ada sesuatu hal yang hilang, ada hal yang tidak bisa dilakukan. Jika kita memiliki hati yang lemah, galau bisa menghinggap bulanan bahkan tahunan. Dan sungguh kita merugi. Namun jika kita memiliki hati yang kuat, galau itu hanya bertahan dalam hitungan jam bahkan hitungan detik.
Tentukan hati kita sekarang, lemah atau kuat. Galau hanyalah keadaan, dan kitalah manusianya. Galau tidak bisa menarik kita dalam lingkarannya, namun kitalah yang membawa diri sendiri dengan menggalaukan diri dan masuk ke dalamnya. Memang, kecewa itu alamiah, lantas kemudian galau, tapi kita yang menentukan akan berada dalam lingkaran galau dalam hitungan detik atau hitungan tahun. Seperti yang aku katakan tadi, bahwa saat galau ada hal yang berbeda yang kita alami, hati kita terpengaruh, pikiran kita juga terpengaruh.
Jika saja dunia kerja tidak mengenal kata ‘profesional’ mungkin kita akan melihat hal seperti ini: Rumah praktek Dokter Umum tutup lebih awal dengan tulisan, MAAF DOKTER SEDANG GALAU. Televisi hanya berlayar hitam pekat tanpa gambar, dan ada tulisan yang tertera, MAAF SELURUH PEMAIN DAN KAMERAMAN KAMI SEDANG GALAU. Sekolah libur dua hari berturut-turut dengan pengumuman, MAAF GURU-GURU SEDANG GALAU, KBM DIMULAI MENUNGGU INFORMASI BERIKUTNYA. Koran pagi dan media online situs berita memuat berita yang kemarin lagi dan lagi, disertai info permohonan maaf, MAAF MAYORITAS WARTAWAN KAMI SEDANG GALAU, KEMUNGKINAN BERITA DIPERBARUI BESOK. TERIMA KASIH. Apa jadinya kehidupan ini jika tidak ada kata profesionalisme. Jadi, sebenarnya sebanyak apapun masalah yang dihadapi manusia lain, sekecewa dan sesakit apapun hati mereka, seberapa banyak tetes airmata yang mereka jatuhkan, sedalam apapun galau yang mereka miliki,
Mereka tetap bangkit dan berdiri menghadapai dunia, profesional dalam berprofesi dan profesional dalam menjadi hamba Tuhan. Dokter, Guru, Polisi, Pengusaha, Pilot, Wartawan, dan lainnya juga pernah galau, namun mereka tidak menyerah, tetap bekerja meski terjebak dalam lingkaran kegalauan. Kita tahu kenapa, karena dengan begitu galau akan pergi dengan sendirinya. Muslim Timur, Muslim Barat, Muslim Utara, Muslim Selatan, dan lainnya semua pernah galau. Namun galau bukan lantas dijadikan alasan untuk bermalas-malasan beribadah pada Allah SWT. Setuju?
Maka, jika harus menjawab judul dari tulisan ini, yaitu kenapa harus move on? Karena kita memiliki sejuta alasan untuk bahagia. Karena kita harus menjadi manusia yang profesional dalam berprofesi. Karena kita harus menjadi hamba yang profesional dalam beribadah. Karena kita sendiri lah yang bisa membuang keadaan galau. Karena hidup ini terus berlanjut, sedangkan galau membuat kita jalan di tempat. Karena kita harus menjadi manusia yang beruntung dengan menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin. Dan karena move on bisa memberi kita hati yang baru untuk menjalani lembaran kehidupan yang baru pula.
(Selamat hari Jumat yang penuh berkah, Sahabat Istana Tulisan)
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment