Home umum Speechless (Terlalu Baik VS Terlalu Jahat)
Speechless (Terlalu Baik VS Terlalu Jahat)
Atiya Fauzan September 14, 2015 0
Speechless menjadi suatu istilah yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan kita ketika lisan tidak lagi bisa berkata-kata, merasa heran terhadap suatu hal yang terlalu baik atau terlalu buruk. Begitulah versi pengertian speechless bagiku. Dan pada kesempatan ini, aku ingin berbagi cerita tentang ke-speechless-speechless- an (istilah abal2 jangan ditiru) yang ada dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat berinteraksi dengan salah satu orang terdekat kita, sahabat.
Pertama, kita akan merasa speechless ketika dia terlalu baik. Semisal, karena suatu hal kita kecewa atau marah yang bisa jadi disebabkan oleh kita sendiri atau bahkan dia. Pada kasus ini, ada yang bertahan menyimpan amarah hingga hitungan jam dan ada pula yang dalam hitungan menit. Kita akan diam seribu bahasa (umumnya wanita). Tapi apa yang dilakukan sahabat kita? Dia ternyata meminta maaf dan berucap tentang kalimat-kalimat yang baik, tanpa menyinggung kita sedikit pun. Speechless kan? Kenapa ada manusia sebaik itu. Tentu kita akan bertanya-tanya dalam hati, ‘dia manusia atau malaikat?’ Padahal, kesalahan itu belum tentu dia yang melakukannya. Dari ke- speechless- an tersebut, yang biasanya kita menahan amarah dalam hitungan menit, langsung musnah seketika dalam hitungan detik. Luluh lantak dibersihkan oleh sederet kalimat mulia, maaf. Speechless kan? Kenapa ada manusia sepengertian itu. Sudah pasti kita akan tersenyum lebar, dan entah kemana perginya amarah itu. Pergi tanpa sempat berpamitan. Membuat kita speechless kan?
Kedua, aku pernah menyimak sebuah karakter tokoh dalam sebuah cerita. Tentang seorang manusia yang begitu kejamnya memperlakukan orang lain. Memang fisiknya tidak pernah memukul siapapun dan menyakiti siapapun. Tidak pernah ada yang terluka karena gerak raganya, tapi ada ratusan hati yang terlukan karena lisannya. Bukankah sakit di badan bisa diobati dan bekas lukanya perlahan bisa menghilang? Tapi hati tidak demikian, sekali hati itu terluka maka akan sulit untuk menutupi luka yang menganga. Karena obatnya tak pernah dijual di apotik manapun. Hati hanya bisa diobati sesuai lagunya Bang Opick. Obat hati itu ada lima. ^_^ Back to topic. Setiap hari, dia tanpa jeda, tanpa absen, tanpa spasi, memproduksi kalimat-kalimat hina yang mampu menyakiti hati orang lain. Speechless kan? Kenapa ada yang tersadar, sengaja, dan istiqomah pula menjelekkan manusia lain, menghina manusia lain, dan merendahkan manusia lain, Naudzubillah ya, semoga kita dijauhkan. Padahal kalimat yang keluar dari lisan tidak bisa ditarik kembali, maka dari itu Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa jika kita tidak bisa mengatakan yang baik, lebih baik diam. Di beberapa buku juga banyak tips mengenai hal ini. Yang aku ingat, jika kita terserang ‘amarah’ nih, dan rasanya ingin melampiaskan dalam kata atau tindakan, diam-lah, tersenyumlah, kemudian berwudhu’. Insya Allah kembali damai, selamat mencoba ^_^. Dan untuk dia yang menjadi kebiasaan (bukan karena amarah) melahirkan kalimat negatif yang mampu menyinggung, melukai, menyakiti, dan mengkoyak hati manusia lain, mari kita do’akan bersama, semoga karakter tersebut hanya ada dalam dunia fiksi belaka. Aamiin… #SelamatPagiIndonesia
***Terima kasih Sahabat Istana Tulisan untuk semua email kalian yang masuk. Terima kasih sudah berkenan mampir dan membaca tulisanku. Terima kasih untuk setia kalian. Jangan lupa, sertakan sumber (#IstanaTulisan) setiap kalian copy paste tulisanku ya, sekali dua kali aku maklumi kok… ^_^ (Salam @atiyafauzan)
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment