Cinta, Aku Ingin Tua Bersama-mu


“I want to grow old with you”, sebuah kalimat yang hanya terdiri dari segelintir kata. Namun, maknanya terdengar indah dan luas sepanjang masa. Kiranya begitu bagiku. Kalimat ini pula yang diungkapkan Ibu Ainun untuk Bapak Habibi, kalimat ini pula yang diungkapkan Ibuku pada Ayahku, dan kalimat ini pula yang akan aku ungkapkan pada seseorang yang namanya bersanding denganku di Lauhul Mahfudz sana. Kalimat yang berarti “aku ingin menua bersamamu” bukan merupakan sebuah kalimat janji yang bisa diingkari kapanpun. Tapi merupakan kalimat yang menyiratkan tekad serta keinginan yang kuat, yang meski apapun terjadi, tetap akan dilakoni, selama Tuhan merestui.

Menua bersama bukanlah perkara mudah, karena dibutuhkan komitmen dan kesetiaan. Seperti halnya Ibu Ainun yang tetap setia meski tahu bahwa Bapak Habibi keras kepala. “Kamu itu orang paling keras kepala yang pernah aku kenal, tapi jika aku harus mengulang hidupku, aku akan tetap memilih kamu” ujar Ibu Ainun. Begitu romantis bukan? Bapak Habibi pun pernah menuturkan  kalimat yang tak kalah indah, “Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia & membuatmu berarti lebih dari siapapun”.
Dari keduanya aku menjadi memahami satu hal, mengenai cinta, yang kita butuhkan hanyalah partner yang bisa diajak bicara dan bercerita hingga usia senja, ketika raga sudah terlalu tua untuk berlari, ketika mimipi-mimpi muda telah terpenuhi, yang kita inginkan hanyalah rekan menghabiskan hari tua, rekan untuk membangun percakapan tanpa bosan, rekan untuk tertawa dimasa lansia, menenangkan satu sama lain hingga ajal menjelang.
Ibu dan Ayah yang hidup dari masa muda hingga menua bersama, dan hingga ajal menghampiri, Ibu tetap setia menyimpan satu nama pria di hatinya, Ayah. Aku tahu bahwa cinta memiliki kadaluarsa, namun ternyata tidak demikian. Dari Ibu aku memahami hal berharga, dan membuatku ingin memilih seseorang yang bisa membuatku jatuh cinta berkali-kali. Belum habis rasa yang lama, aku akan dipaksa untuk jatuh cinta lagi. Karena begitulah yang dilakukan Ayah pada Ibuku, membuat ia jatuh cinta padanya berkali-kali setiap hari.
Menua bersama juga merupakan hal yang indah. Karena memiliki satu orang sampai mati tak bisa dilukiskan kebahagiannya. Seperti halnya bahagiaku yang menyaksikan Ayah dan Ibu bergandengan tangan, beliau berdua yang tak lagi muda, tertawa bersama, dan saling membisikkan hal indah. Tentu aku berharap seperti mereka jikala tua. Dan untuk menutup tulisan ini, aku ingin mengatakan sebuah harapan untuk ‘dia’ (yang namanya bersanding denganku di Lauhul Mahfudz sana), bahwa “Aku ingin jatuh cinta padamu, lagi dan lagi, hingga habis usia kita. Semoga saja, kau menyimpan doa kecil yang sama”

Jember, 16 September 2015

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes