Bahagia Itu Sederhana, Bahagia Itu Sempurna

            “Bahagiaku menjadi sempurna, dengan adanya kamu yang sederhana” inilah yang menjadi kalimat pembuka untuk paragraf ini. Jika menelisik kembali judul tulisanku di atas, ada tiga kata yang begitu menarik perhatian, yakni ‘bahagia’, ‘sederhana’, dan ‘sempurna’. Apa hubungannya? Sebenarnya sebab dari ‘bahagia’ itu begitu ‘sederhana’. Namun, ‘bahagia’ juga-lah yang mampu memberi akibat ‘sempurna’ dalam hidup kita. Benar begitu bukan? Jadi, beginilah urutannya:
SEDERHANA => BAHAGIA => SEMPURNA

            Sederhana. Ada begitu banyak definisi sederhana dalam hidup, entah untuk cara bersikap, cara menghadapi masalah, cara berpenampilan, cara berpikir, dan lainnya. Dan salah seorang blogger menuliskan hubungan sederhana dan bahagia sebagai berikut: sesederhana ketika tukang pos menemukan alamat rumah, sesederhana melihat bayi tertawa dengan pipi yang merah, sesederhana seorang pengemis yang mendapatkan sedekah, sesederhana seorang pemulung yang menemukan sampah, mereka bahagia kan? Dan contoh dariku pribadi, semisal tentang sahabat. Bukankah sahabat yang bisa membahagiakan kita tak melulu dia yang memiliki IPK tertinggi, tak selalu dia yang menaiki mobil mentereng, dan juga bukan dia yang cantik atau tampannya bak artis korea. Cukup sederhana saja, itu sudah mampu membuat kita bahagia luar biasa. Saat memiliki janji, dia menunggu dengan setia dan tanpa keluhan. Saat bersama, dia mampu membuat kita merasa nyaman. Saat kita marah, dia bisa meredamnya dengan cara yang istimewa. Sederhana saja. Saat kita menjadi apa adanya kita, tidak memakai topeng kehidupan bisa tertawa bersama, bercerita panjang lebar, mengobrol tanpa bosan, dan hal lainnya.
            Bahagia. Salah satu rasa yang hanya kita yang tahu hakikatnya. Saat tertawa lepas terbahak-bahak, hanya kita lah yang tahu, tawa itu palsu atau tawa itu memang sebenarnya keadaan hati kita. Saat menangis, hati kita pun yang hanya tahu apakah itu tangis kebahagiaan atau tangis kesedihan. Jika coba menengok Google sebentar, bahagia dimaknai luar biasa oleh para ahli. Albert Camus mengungkapkan, “Kau tidak akan pernah bahagia selama kau terus mencari isi kebahagiaan; kau pun tidak akan pernah hidup selama kau selalu mencari makna kehidupan.” Brian Tracy berkata, “Kebahagiaan datang saat kau percaya akan apa yang kau lakukan, mengetahui apa yang kau lakukan, dan mencintai apa yang kau lakukan.” Ralph Waldo Emerson pernah berkata, “Untuk setiap menit kau marah, kau telah kehilangan kebahagiaan selama 60 detik.” Mahatma Gandhi mengatakan, “Kebahagiaan adalah harmoni antara apa yang kau pikirkan, apa yang kau katakan, dan apa yang kau lakukan.” Mark Twain pernah mengatakan, “Jika kau ingin membahagiakan dirimu sendiri, cobalah membahagiakan orang lain.” Maxim Gorky pernah mengatakan, “Kebahagiaan selalu tampak kecil ketika kita memegangnya; tapi saat kau melepaskannya, kau langsung akan tahu betapa besar dan berharganya kebahagiaan itu.

            Sempurna. Hidup yang sempurna adalah ketika kita bersyukur dan menganggap apa yang kita terima merupakan hadiah sempurna dari Tuhan. Meski kita menjalaninya dengan cara dan bersama orang-orang yang tidak sempurna seutuhnya. Karena, gabungan dari ketidaksempurnaan-ketidaksempurnaan itu, jika diracik dengan bumbu ‘syukur’, maka akan menghasilkan kehidupan yang sempurna. Sama halnya dengan kalimatku, “Bahagiaku menjadi sempurna, dengan adanya kamu yang sederhana”. Untuk memiliki hidup yang sempurna, kita tidak perlu lelah mencari seseorang yang sempurna, yang tidak akan pernah kita temukan pada akhirnya. Cukup bersama orang-orang sederhana yang memiliki niat untuk membahagiakan kita, sudah mampu (bahkan lebih) menjadikan hidup kita luar biasa istimewa sempurna. Selamat berbahagia, Sahabat #IstanaTulisan ^_^

Jember, 17 September 2015

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes