MENU

Misi ’Penting’ Calon Ibu



Setiap  perempuan adalah calon ibu. Menjadi seorang ibu bukanlah perkara mudah, namun juga bukan hal yang sulit. Mengemban tugas sebagai mom sangat menyenangkan, baik pra melahirkan maupunpasca melahirkan. Disetiap sesi waktu tersebut seorang ibu memiliki tanggung jawabnya sendiri. Mulai dari menjaga kandungan, melahirkan, menyusui, sampai merawat dan menididik sang anak. Dari semua yang telah dilakukan oleh seorang ibu, tak ada sedikitpun rasa akan menginginkan sebuah balasan dari sang anak. Ibu hanya berani berharap, semoga putra-putrinya menjadi manusia yang menghormati dan dihormati dunia.
Dan seorang ibu tidaklah sendiri melakukan adegan panjang sampai anaknya terlahir bahkan hingga dewasa. Ada seorang makhluk berjakun, yang sering kita sebut ‘ayah’. Mereka-sepasang suami istri- saling membantu dalam proses kehidupan sang anak. Terbaik, itulah yang diinginkan oleh orangtua terhadap anaknya.
Memiliki anak yang sesuai dengan harapan orangtua, bukanlah sesuatu yang praktis. Sebuah tahapan ‘mendidik’ memiliki arti penting dalam hidup seseorang. Karena sebuah ‘didikan’ akan menentukan ia menjadi manusia seperti apa kelak. Hal inilah yang menjadi pertanyaan besar dalam benak para wanita-termasuk saya- ketika dihadapkan dengan pendidikan anak. Sejak kapan mulai mendidik anak? Mulai dalam kandungan, sejak kecil, atau ketika memasuki usia sekolah? Ternyata perkiraan jawaban atas pertanyaan penting itu masih kurang tepat.
Dalam sebuah kelas kuliah siang aku menemukanjawabannya. Seorang dosen wanita memberikan jawaban yang mampu menghentakkanku. “Mendidik anak itu bukan sejakdalam kandungan atau sejak kecil. Ada yang tahu sejak kapan?” Pertanyaan wanita paruh baya itutak menemukan tanggapan dari mahasiswinya. Semua terdiam, berpikir panjang. Mencari jawaban yang tepat. Jika bukan sejak dalam kandungan, lalu? Pikirsaya saat itu. “Baiklah, untuk para wanita di kelas ini, sebenarnya kita mulai mendidik anak itu sejak sang calon ibu memilih calon ayah untuk calon anak-anaknya”. Saya terhentak, kenapa tidak terbesit sebelumnya. Saya akui, jawaban beliau tepat bahkan sangat tepat. Saya sadari bahwa salah dalam pemilihan pasangan, akan berdampak kepada keturunan kita kelak.
Memang benar, anak yang hebat berasal dari benih seorang ayah yang hebat pula. Pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnyatidak terpatahkan. Jika menginginkan anak yang cerdas, maka carilah calon suami yang cerdas pula, begitupun sebaliknya. Bisa dikatakan seorang anak adalah cerminan orangtuanya. Karena seorang anak akan menuruni apa yang ada dalam diri ayah dan ibunya. Sebagai calon ibu, kita jangan sampai salah pilih dalam hal pemilihan pendamping hidup alias suami. Karena seperti apa anak kita kelak, tergantung pada siapa orang tuanya. Mengapa orangtua berpengaruh pada pendidikan anak? Jawabannya begitu mudah, karena pada orangtualah anak-anak pertama kali belajar tentang segala hal dan seorang anak mengimitasi dan menyerap segala sesuatu dari orang tuanya. Coba bandingkan saja anak yang diasuh dalam keluarga dengan orangtua yang bijak, tegas, perhatian, penuh kasih sayang dengan anak yang hidup dalam keluarga yang keras, penuh amarah. Tentu berbeda bukan?
Sebagai seorang wanita, kita tidak boleh egois. Hanya memikirkan ‘pendamping ideal’ dan mengenyampingkan kriteria calon ayah yang hebat untuk keturunan kita kelak. Bukan jamannya lagi melihat seorang pria dari segi cool-nya, tebal dompet, badan atletis, mobil, atau sebab tidak penting lainnya. Tapi ada misi lain yang kita emban sebagai wanita, lebih tepatnya lagi sebagai seorang calon ibu. Seperti ungkapan di  atas, bahwa mendidik anak dimulai sejak kita memilih pasangan hidup. Coba mengalah dan tidak hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri, kita sebagai wanita tidak boleh egois. Percuma memiliki pasangan yang mapan dan tampan untuk diri kita pribadi, tapi tidak untuk calon anak-anak yang akan kita lahirkan dikemudian hari.
Iman dan ilmu seorang kaum adam seharusnya menjadi magnet bagi kita-kaum hawa-untuk memilih satu diantara mereka. Mengapa? Karena dengan iman dan ilmu seorang laki-laki bisa memposisikan hak dan tanggung jawabnya dengan benar. Seorang laki-laki yang bijak sangat paham dengan porsinya. Tidak bisa dipungkiri bahwa laki-laki hebat akan mampu mengepalai rumah tangganya, membimbing istri dan anak-anaknya. Jadi, jangan sampai salah pilih, karena masa depan anak kita tergantung dari apa yang kita pilihkan untuknya.

*Tulisan yang selesai pada 05 Desember 2012
**Dikirim ke rubrik 'Perempuan Bercerita' JAWAPOS #tidakDIMUAT

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes