MENU

Rumah Kita Indonesia Kita


            Indonesia dikenal dengan Negara Seribu Pulau. Karena memiliki banyak pulau. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki kekayaan laut dan kekayaan alam yang luar biasa. Luasnya Negara Indonesia juga berpengaruh pada jumlah penduduknya. Daerah yang luas dan penduduk yang padat. Lengkap sudah, SDM dan SDA yang melimpah ruah. Dari segi kuantitas Indonesia memang patut diakui, tapi dari segi kualitas, masih jauh sekali dari harapan. Tapi tidak ada salahnya bermimpi dan berharap untuk menjadi lebih baik dari kemarin. Karena kita pemilik Negara Indonesia, yang akan menentukan mau dibawa kemana Negara ini. Lebih baik atau lebih buruk.
            Indonesia memang bukanlah Negara kecil. Jadi, untuk membawanya kearah yang lebih baik lagi tidak membutuhkan tenaga satu orang atau sebagian orang. Tapi tenaga kita semua yakni seluruh warga Negara Indonesia. Kalau bukan kita siapa lagi. Negara ini ibarat rumah kita, sudikah jika dikotori oleh orang lain, tentu tidak. Sudah seharusnya dirawat dan dijaga, memang terlalu luas. Tapi biarkanlah, semua ada bagiannya. Hal kecil yang kita lakukan akan sangat berarti bagi bangsa. Kita tidak sendirian menjaga Negara ini, ada banyak jutaan saudara kita lainnya. Jadi  pedulilah pada oranglain agar oranglain peduli terhadapmu.
            Jika Negara adalah rumah, maka warga adalah tuan rumahnya. Jika diibaratkan kembali pada rumah, saat kamar yang satu mengalami “genteng bocor” apakah kita akan mengabaikannya? Tidak, karena kita merasa ini adalah rumah kita yang didapat bukan dengan cara yang mudah. Maka dengan segala kemampuan, kita akan memperbaiki masalah yang terjadi pada kamar lain. Apapun resikonya, kita akan berusaha menjaga keindahan rumah kita, agar kita bisa hidup damai didalamnya. Jika hal tersebut dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bernegara, maka tidak akan lagi negeri ini mengenal istilah “tawuran”, “pertikaian”, dan lain-lain. Bisakah itu terwujud? Jawabannya ada pada kita semua, tentukan mulai detik ini juga.
            Menjaga keutuhan didalam memang sangatlah penting. Ketika badai datang, tak akan roboh. Namun, jika didalam rapuh niscaya kemungkinan jatuh diusia dini semakin besar. Negara tak membutuhkan bala tentara atau sejuta polisi, tapi yang dibutuhkan adalah kekuatan seluruh warganya. Mempertahankan kekayaan yang tidak bisa diukur dengan rupiah semata. Kita menjadi tuan rumah plus securitybagi rumah kita sendiri, yakni Indonesia. Sebisa mungkin harus kita jaga, dengan seluruh kekuatan yang kita miliki. Karena kitalah sumber kekuatan bagi negeri kita tercinta ini. Bukan kekuatan personal, tapi kekuatan kelompok. Sendiri menjaga Negara rasanya tak berarti apa-apa. Jangan pernah meremehkan kekuatan persatuan, karena lebih hebat dari nuklir sekalipun.
            Jika berkaca pada era pahlawan dulu, tak ada teknologi dan tak ada peralatan canggih tapi Indonesia mampu merdeka dengan cara yang terhormat tanpa mengemis. Lalu lihatlah masa kini, kita memiliki semuanya. Tak ada alasan untuk kalah. Rumah ini diisi oleh banyak orang, dan tak semuanya betah tinggal didalamnya. Perasaan ingin mencari hiburan di rumah lain sangatlah wajar. Kita tentu tidak hanya berdiam diri, melihat semuanya. Kita harus bertindak, karena kita tak akan rela satu kamar dibongkar untuk diambil tetangga. Rumah kita tentu terlihat tak sempurna. Bujuk saudara kita untuk tetap tinggal di rumah ini. Cari alasan kenapa dia sangat ingin keluar, padahal sudah bertahun-tahun hidup serumah dengan kita. Kitakah yang bersalah, karena kita menawarkan sebuah permusuhan. Lalu tetangga lebih baik dari kita, sehingga saudara kita berpaling pada oranglain.
            Kita tak akan berarti tanpa saudara-saudara serumah kita. Kita tak bisa hidup sendiri, tak bisa bertahan sendirian. Persatuan begitu berarti bagi kita. Bagaimana kita akan hidup damai, jika perselisihan selalu terjadi. Tak cukup rasanya jika hanya berkata ”aku ikut sedih dengan semuanya”. Negara ini tak butuh kata-kata atau janji tapi yang dibutuhkan adalah tindakan nyata. Jangan tambah daftar orang yang tak mau menjaga Negara, cukup mereka jangan kita. Hanya orang bodoh yang membiarkan maling memasuki rumahnya. Dan itu bukanlah ciri-ciri kita.
            Jarak bukanlah rintangan kita untuk bersatu. Persatuan tak perlu dilambangkan dengan eratnya pegangan tapi dengan seragamnya tujuan dan harapan. Karena dengan modal itu, kita akan bisa mewujudkan Indonesia damai. Bukan karena dekat di mata, kita akan semakin kuat. Tapi dengan sikap saling mencinta kita bisa menyatukan pikiran dengan damai. Jarak yang memisahkan kita dengan saudara kita mungkin puluhan bahkan ratusan kilometer, tapi itu tak pantas rasanya untuk dijadikan alasan keengganan kita untuk peduli. Rumah kita tak akan sempurna jika kehilangan satu ruang saja.
            Secara nyata, kita tak bisa mengenal saudara-saudara kita yang berjumlah ratusan juta. Tak mengapa jika tak mengenal nama, memiliki rasa yang sama sudah cukup. Ketika mereka tersiksa, hati kita juga tersiksa. Tak bahagia jika hanya diam tak membela. Kita semua sama, hanya ingin menginginkan yang terbaik untuk bangsa ini. Jika demikian, mengapa masih menodai tujuan kita. Tak ada yang lebih penting dari kebersamaan dan persatuan. Coba anda diberi pilihan, yang pertama anda memilki Negara dengan ratusan gunung emas, namun tumpah darah diman-mana, perkelahian tak pernah absen setiap harinya dan yang kedua Negara tanpa kekayaan yang melimpah, namun cinta dan kasih terlihat disetiap pojok Negara.  Sengsara bersama, bahu-membahu melewati kesusahan, semua lengkap berkumpul tak ada yang terpisah. Anda yang tahu jawabannya. Dari sini dapat kita lihat bahwa kebersamaan lebih berharga dari harta yang melimpah ruah sekalipun.
            Dari pandangan mata, saudara kita memang sangatlah jauh. Tapi usahakanlah dari pandangan hati, saudara kita begitu dekat, lebih dekat dari yang dibayangkan. Ketika saudara kita dirampas haknya, kita tentu tidak akan diam saja. Kita akan bertindak agar saudara kita tidak berpaling kelain rumah. Jangan sampai orang lain yang menjadi hero bagi saudara kita. Sungguh kitalah yang layak menjadi si super hero bagi seluruh penghuni rumah kita, Indonesia kita. Meski tak ada hubungan darah, tapi kita tetaplah bersaudara. Tanah air kita sama, nenek moyang kitapun sama. Lalu untuk apa membahas perbedaan yang tiada ujungnya.
            Sebagai penghuni rumah yang dilema, karena rumah tetangga menawarkan kenyamanan. Janganlah tergiur, sebuas-buas singa tak mungkin memakan anaknya sendiri. Indonesia adalah bangsa dan tanah air kita bersama, jangan timbulkan perasaan ingin menjauh dari tanah dimana kakek dan orangtua kita lahir. Kita mencintai negeri kita sendiri tanpa dipungut biaya apapun alias gratis. Tak ada salahnya mencintai yang patut untuk kita cintai.
            Seluruh saudara-saudarku yang peduli terhadap rumah kita, ayo tanamkan hati dan tancapkan semangat di bumi merah putih. Sudah lelah kita tentunya untuk membahas segala kekurangan dari negeri ini, semua kelemahannya bukan untuk dibahas tapi untuk diperbaiki. Jangan bebankan semua tugas perbaikan ini pada kepala Negara atau kepala daerah, tapi ayo kita pikul bersama. Semuanya ikut bertanggungjwab. Kita tidak mau kan saudara kita memiliki perasaan ingin keluar dari rumah kita. Maka dari itu, tawarkan ketenangan dan kenyamanan kepada saudara kita yang lain.
            Sulit rasanya mengubah semuanya seratus delapan puluh derajat. Tak perlu terburu-buru, lakukan semuanya denga perlahan tapi pasti. Kita sebagai orang perlu yang menjaga atau yang perlu dijaga, janganlah mencoba untuk menjadi provokator agar negeri kita dibenci oleh saudara sendiri ataupun oleh tetangga. Tak aka nada manfaat yang diperoleh. Yang didapat hanyalah kesengsaraan. Jika kita tidak merasakannya maka cucu kitalah yang akan menanggung pahitnya hidup.
            Rumah ini telah dibangun oleh orang-orang dulu untuk jita, anak cucu mereka. Lalu semuanya akan kita sia-siakan, dengan menyesal karena terlahir sebagai warga Indonesia. Sungguh tindakan yang tak dipikirkan. Jika diibaratkan pada guci, meski telah pecah dan disusun kembali, guci tetap tak terlihat cantik seperti diawal. Kharismanya sudah berbeda. Berbeda dengan guci yang tak pernah pecah, dia begitu cantik. Meski debu disana-sini, semuanya bisa terhapus dengan selembar kain. Namun, untuk pecahan, meski di lem dengan lem canggihpun, pecah tetaplah pecah. Sudah ada yang berubah.
            Kita tentu semua sudah menyadari bahwa yang kita inginkan adalah persatuan. Karena hal itu sumber kekuatan Negara kita ini. Tak ada yang lebih hebat dari tenaga persatuan dan kesatuan. Lihatlah semut, meski kecil mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bersatu untuk gotong royong. Dunia ini terlalu luas baginya, tapi tak dijadikan hambatan untuk bertahan hidup. Jika sendiri tak mampu, tak ada salahnya kalau bersatu. Mengangkut gula satu persatu ke tempat tujuan. Berbaris dan berjalan pada garis yang telah ditentukan. Itu hanyalah contoh kecil dari arti pentingnya sikap persatuan.
            Rumah kita, Indonesia kita adalah satu-satunya tempat yang berada di hati kita semua. Jika masih belum ada, coba tanamkan sejak sekarang. Menghargai warisan nenek moyang yang begitu berjuang untuk mendapatkan negeri ini. Lalu kita hanya membiarkannya dimakan lumut. Teganya. Kita bukan siapa-siapa jika hanya mengatakan “aku” bukan “kita”. Indonesia adalah rumah kita bukan rumah yang lainnya. Kita yang berhak atas semuanya.
Bumi Suwar-Suwir, Tanah Kerupuk, 2011

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes