Home tausiah Lisan Adalah Cerminan Hati
Lisan Adalah Cerminan Hati
Atiya Fauzan March 28, 2017 0
Beberapa waktu lalu, media televisi diisi oleh berbagai diskusi tentang 'gaya kepemimpinan' yang bijak dan baik. Ada yang bilang, harus tegas, kata-katanya kotor sedikit ya tidak apa-apa. Ada juga yang bilang, harus tegas namun juga harus memperhatikan asas 'perasaan' manusia. Lisannya harus sopan 100%.
Terlepas dari itu semua, sebenarnya lisan merupakan cerminan hati pemiliknya. Kalau lisannya masih suka mengumpat, menghina, mengghibah, maka hatinya juga tidak jauh dari hal demikian. Namun jika lisannya hanya mengeluarkan kalimat positif, maka hatinya pun juga demikian.
Jadi teringat waktu masa sekolah dulu, anak yang bermulut pedas dipilih untuk dihindari dan didiami saja. Karena, orang-orang yang demikian sudah 'pedas' dari lahir. Mau bagaimana lagi? Tidak ada hujan, tidak ada panas, lisannya pasti menyakiti, selalu. Tapi, setiap orang bisa berubah untuk arah yang lebih baik kan?
Baca juga: Suka Menghina? Agama dan Negara Melarangnya
Dan masalah lisan ini, betul kata orang tua dulu, 'tidak ada sekolahnya'. Buktinya abang-abang becak lulusan SD lisannya lebih sopan dari eksekutif muda lulusan S3. Kok bisa? Sekali lagi, lisan adalah cerminan hati pemiliknya.
Masih ingat sama hadits nabi yang berbunyi, "Bukanlah seorang Muslim, jika tangan dan lisannya menyakiti yang lain". Nah lho?
Yuk hijrah, meski uneg-unegku ini tidak akan dibaca oleh orang-orang yang ada di TV, yang lisannya nge-gemesin banget, semoga tulisan ini bermanfaat saja. Tidak bagi mereka, bisa bagi yang lain.
Baca juga: Yuk Manajemen Lisan!!!
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment