MENU

Surat untuk Bapak/Ibu Pejabat Indonesia [by: Atiyatul Mawaddah]

“Surat untuk Bapak/Ibu Pejabat Indonesia”
[Mulai dari RT, RW, KEPALA DESA, BUPATI, GUBERNUR, MENTERI, DPR, MPR, PRESIDEN, DLL...]
Assalamu’alaikum…
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore, dan Selamat Malam.
Untuk mengawali surat ini, saya harap Bapak/Ibu berada dalam manisnya iman dan indahnya taqwa. Amin…
Bapak/Ibu Pejabat yang baik
Saya memang rakyat biasa dan maaf jika ada sikap/tutur kata yang kurang berkenan. Saya tidak tahu harus memulai dari mana, karena terlalu banyak masalah yang ada di negeri ini. Terlalu panjang dan selalu bersambung, tidak pernah tamat. Ibaratnya, problema di negara agraris ini seperti Sinetron Cinta Fitri, ada season 1, 2, 3, dan seterusnya. Entah sampai kapan akan berakhir, yang bisa mengakhiri hanya sang pemilik kendali, Produser misalnya. Begitupun dengan tanah air tercinta, anda dan saya (sebagai pejabat dan rakyat) harus bergerak. Kita bantu yang lemah, dampingi yang kuat. Agar si lemah bisa bangkit dan merasakan “untungnya lahir di tanah Indonesia”. Agar si kuat tidak ceroboh dan teledor menggunakan tenaganya agar tidak merugikan si lemah.
Bapak/Ibu Pejabat yang benar
Saya yakin, anda juga memiliki hati nurani. Begitupun saya, karena kita sama-sama manusia. Tapi anda pejabat dan saya rakyat. Hanya itu perbedannya. Anda juga tidak bisa tidur kan ketika ada saudara yang kelaparan? Anda juga tidak enak makan kan jika ada saudara yang sakit? Anda juga tidak fokus kerja kan jika ada saudara yang teraniaya? Anda hanya memikirkan kewajiban, untuk hak, masalah belakangan. Karena saya tahu anda bukan tamatan SMA, jadi paham bahwa “pantas meminta hak ketika kewajiban dilaksanakan”. Benarkan?
Bapak/Ibu Pejabat yang bijak
Kita tahu Indonesia memiliki banyak kekayaan. Alam, budaya, agama, sastra, pejabat seperti anda, dan rakyat seperti saya. Tentu kita tidak ingin kekayaan itu musnah, dengan sekuat tenaga mempertahankan semuanya. Lalu bagaimana bisa PDS HB Jassin (Pusat Dokementasi Sastra HB Jassin) lebih murah jatahnya dari gaji kami sekampung, tidak lebih dari Rp 50.000.000. Yang merupakan sebuah pusat dokumentasi sastra Indonesia terbesar di dunia. Sedangkan untuk Gedung DPR, milyaran sudah tidak level lagi, mainnya triliyuran. Kenapa? Karena Gedung DPR lebih besar dan penghuninya tidak mau jika tidak digaji. Namun, tengoklah para staf pekerja di PDS HB Jassin, mereka rela tidak digaji. Lalu bagaimana seharusnya sikap saya sebagai rakyat yang baik? Anda tahu? Tolong beritahu saya.
Bapak/Ibu Pejabat yang peduli
Saya tidak bisa menyebutkan semua masalah yang ada satu persatu. Karena membutuhkan ribuan halaman untuk menulisnya. Jangan tambah halaman lagi, cukup sampai disini ya? Ayo kita hapus lembar perlembar. Bukan hanya anda tapi juga saya, yakni kita semua. Karena untuk menuntaskan semuanya kita butuh kerjasama. Pejabat bantu rakyat dan rakyat bantu pejabat. Untuk para pejabat, raih tangan rakyat, genggam dengan kuat, dan berikan semangat. Untuk para rakyat, gapai tangan pejabat, pegang dengan erat, dan berikan semangat. Hidupkan semboyan Pepsodent “ayo kita perbaiki”. Tidak ada lagi cerita, pejabat mendhalimi rakyat ataupun cerita rakyat mencaci pejabat. Kita sama, kadang benar dan kadang salah. Orang baik itu bukanlah orang yang tidak pernah berbuaT kesalahan, tapi orang baik itu adalah orang yang menyadari kesalahnnya dan mau memperbaikinya.
Bapak/Ibu Pejabat yang jujur
Saya tidak tahu akar permasalahan dari semua ini. Tapi yang jelas, bukan hanya karena satu orang yang patut disalahkan. Karena semuanya salah dan semuanya benar. Jadi saya mohon dengan sangat kepada pejabat yang belum benar hari ini, jangan makan uang rakyat sepeserpun, tolong perjuangkan rakyat, agar rakyat tidak merasa rugi memilih kalian dan mendo’akan kalian disetiap malam. Saya akui, saya memang bukan rakyat yang baik. Untuk rakyat yang belum baik lainnya, saya mohon dengan sangat hentikan ke-tidakbaik-an kita. Kasihanilah negeri ini. Mari kita bersama-sama berubah dalam hal kebaikan. Saya ucapkan thank you very much kepada para pejabat yang telah baik. Terima kasih tidak melakukan KKN, terima kasih telah menjalankan amanah rakyat, terima kasih dan terima kasih. Tidak lupa untuk rakyat yang telah baik, saya ucapkan syukran katsir. Terima kasih telah mematuhi undang-undang, terima kasih telah menjadi rakyat yang tertib, terima kasih dan terima kasih.
Bapak/Ibu Pejabat yang dermawan
Saya memang hanya seorang mahasiswi semester IV yang tidak tahu apa-apa. Tapi saya mengerti sesuatu dari negeri ini, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Bagaimana jika beri kekuatan lebih kepada si miskin dan beri kekuatan cukup pada si kaya. Ibaratnya, negeri ini memiliki 17 bungkus nasi dan ada 3 orang kaya, 7 orang miskin. Bagaimana pembagiannya? Begini saja, 3 orang kaya diberi 3 bungkus nasi (jadi,1 orang=1 bungkus). Cocokkan? Karena mereka sering merasakan nikmatnya perut kenyang dan mereka sering menikmati makanan yang lebih enak dari nasi bungkus (burger, pizza, dan roti). Untuk sisanya, 14 bungkus nasi diberikan kepada 7 orang miskin. Cocokkan? Karena mereka jarang sekali merasakan nikmatnya perut kenyang dan mereka hampir tidak pernah makan nasi (pisang, singkong, dan ubi). Memang permasalahan di Indonesia tidak sesederhana ini, namun contoh kasus diatas semoga bisa ditiru solusinya.
Bapak/Ibu Pejabat yang budiman.
Untuk mengakhiri surat ini, saya haturkan permohonan maaf dan ucapan terima kasih
Thank you very much
Syukran katsir
Matur nuwun
Mator sekelangkong
Terima kasih
Atiyatul Mawaddah binti Fauzan

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes