Mengapa Dia Bisa Bahagia? Mengapa Dia Bisa Sukses?

Tempo lalu aku menerima curhatan dari seseorang, yang intinya pertanyaan-pertanyaan tentang orang lain. Mengapa yang berbuat keburukan bisa menjalani hidup dengan senyuman sedangkan yang selalu mengupayakan kebaikan, selalu hidup dalam penderitaan. Mengapa yang korupsi di sana-sini tidak terbongkar, bisa hidup kaya, sedangkan yang hidup dalam kejujuran harus berjuang mati-matian. Mengapa juga ada pelajar yang mencontek memperoleh nilai bagus, sedangkan yang belajar siang malam dan selalu jujur mengerjakan ulangan, nilainya malah pas-pasan. Tidak adil, begitu katanya. Perumpamaan-perumpamaan yang memang fakta adanya.

Namun, dengan tenang aku berkata, tidak ada sebab yang tidak berakibat. Setiap manusia di dunia ini akan mendapat balasan atas apa yang dilakukan dan diucapkannya. Tidak di dunia, ya di akhirat. Tidak sekarang, ya nanti. Tidak pada dirinya, ya pada anak cucunya. Sudahlah, tidak perlu mengirikan kebahagiaan yang berakar dari keburukan. Apakah ada petani yang menanam jagung, namun tumbuhnya bawang merah? Tidak pernah ada. Begitupun dengan ulah kita sebagai manusia. Menanam keburukan, maka akan menuai keburukan pula. Menanam kebaikan, maka akan menuai kebaikan pula. Lantas apa yang perlu dikomentari? Yakini, bahwa tidak merugi orang yang berbuat baik dan tidak ada untungnya orang yang berbuat buruk. Semua ada konsekuensinya. Tugas kita, menjadi manusia yang lebih baik dengan cita-cita bisa melenggang santai penuh haru memasuki pintu surga. Iya kan?

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes