Menutup Aurat VS Membungkus Aurat

            Ada yang berbeda dari suasana fashion di kampus IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Jember, kebanyakan dari mahasiswi sudah memahami apa itu perbedaan antara menutup aurat dan membungkus aurat.  Maka tak heran jika yang berkelebat adalah mudi-mudi penimba ilmu lengkap dengan pakaian longgar nan anggun serta jilbab yang menutupi dada. Baik sekilas maupun diamati, tak nampak lekukan tubuh yang aduhai, atau benjolan sana-sini, atau bentuk dada yang terukir jelas dan nyata. Sirna.
            Jika boleh bernostalgia, beberapa tahun silam, sangat jarang ditemui mahasiswi yang demikian (sesuai uraian di atas). Namun kini, pemandangan itu menjadi obyek mayoritas. Yap, mayoritas. Banyak, bahkan sangat banyak.
            Nampaknya, kesadaran ini diyakini oleh semuanya. Apapun golongannya. Karena menutup aurat merupakan kewajiban setiap wanita muslim, bukan wanita muslim dari golongan A atau golongan B.

            Tentu, semua wanita pada dasarnya tak akan rela jika bentuk tubuhnya dikonsumsi publik. Betis yang meliuk, pinggul yang terbentuk, badan yang melekuk, dan dada yang menusuk. Aih, siapapun tak akan rela.
            Dan, fenomena ini mengajarkan kita bahwa menutup aurat begitu berbedanya dengan membungkus aurat. Iya kan? Siapa sih yang tidak ingin mengatakan kalimat ini pada imam hidupnya, “Suamiku sayang, bertahun-tahun aku berperang untuk istiqomah menutup aurat ini, demi dirimu. Dan kini, semuanya menjadi hakmu seutuhnya. Engkau yang pertama kali tahu keindahan warna rambutku, engkau yang pertama kali tahu lembutnya kulitku, dan engkau yang pertama kali tahu kesempurnaan Tuhan menciptakan wanita.” 

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes