Tangis
Atiya Fauzan February 04, 2016 0
Ah, aku ternyata menangis. Kenapa? Tidak ada yang mencubitku, tidak ada yang memarahiku. Aku hanya duduk terpaku dalam deret kalimat buku. Senyumku mempesona dunia, menyiratkan bahwa aku adalah orang yang paling bahagia. Namun hati tak pernah bisa bohong. Nyatanya, kini aku menangis, sesenggukan, hingga mata bengkak. Yap, aku menangis karena hanya ingin menangis.
Ah, aku menangis lagi. Dengan tangisan yang belum pernah aku kenal. Tangisan macam apa ini? Membuat lubang dihati dan alirannya seakan tak bisa berhenti. Yang aku tahu, tangisan imut yang merengek minta boneka baru pada Abah. Tangisan nyaring yang tidak mau ditinggal Abah kerja. Tangisan mungil yang cemberut karena Abah ingkar janji.
Ah, aku tidak bisa berhenti menangis. Karena memang tak pernah tahu apa obatnya. Tangisan imut akan otomatis berhenti saat Abah membawakan boneka baru. Tangisan nyaring akan sirna saat Abah memilih bersamaku. Tangisan mungil akan musnah saat Abah mencium keningku dan menuruti semua kemauanku.
Ah, sepertinya aku harus mencari Abah untuk mengalahkan 'tangis'ku kini.
Abah?
***Bersambung***
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment