Home ibu Surat Untuk Ibu: I Love You, Ibu
Surat Untuk Ibu: I Love You, Ibu
Atiya Fauzan January 05, 2016 0
Terima kasih telah menjaminkan nyawamu untuk melahirkanku 23 tahun silam. Aku tak pernah mengerti bagaimana sakitnya, perihnya, dan khawatirnya perasaan ibu kala itu. Namun satu yang aku tahu, pengorbanan ibu melebihi dunia dan seisinya. Dan ibu, tanpa beban, begitu ikhlas untuk melahirkanku. Yang jangankan seperti apa aku nanti, wajahku pun ibu hanya bisa menebaknya, namun ibu sudah jauh-jauh hari mengikrarkan cinta untukku. Di detik dunia ibu seakan berakhir memperjuangkan tangisanku pertama kali, seakan terbayar dengan kehadiranku yang memecahkan suasana cemas di ruang persalinan. Kata ayah, ibu tersenyum dan menangis saat tahu aku lahir dengan selamat. Ya… ibu hanya mengkhawatirkan aku seorang. Tanpa memedulikan bagaimana luka yang ibu derita dan bagaimana kondisi kesehatan ibu saat itu. Adakah yang lebih dahsyat dari kalimat, aku mencintaimu bu? Jika ada, akan aku gunakan kalimat itu untuk aku ucapkan padamu bu, setiap hari, setiap aku mendengar suaramu, setiap aku menatapmu, dan setiap ibu mengatakan cinta padaku.
Ibu…
Terima kasih telah bersedia untuk sangat direpotkan olehku dimasa balita. Aku tidak tahu jika aku begitu menyiksa ibu setiap waktu. Menangis tanpa henti, benar-benar tanpa henti. Namun bagi ibu, semua itu bukanlah siksaan, melainkan bentuk cinta dari seorang balita tanpa dosa yang selalu ingin berada dalam dekapan ibunya. Ah ibu, selalu sempurna dalam urusan kasih sayang. Dan aku hanya selalu tak bisa menyadari semuanya kala itu. Tanpa keluhan, ibu merawatku dengan cinta yang luar biasa. Meski aku tak ingat, banyak orang yang mengatakan demikian. Bagaimana ibu selalu meletakkanku dalam gendongan disetiap aktifitas ibu. Karena kata mereka, aku akan menangis dahsyat jika terlepas dari dekapan ibu. Dan bagaimana ibu selalu menjadikanku sebagai putri kecil dalam kerajaan hati ibu sendiri. Sungguh, adakah hal lain yang bisa aku lakukan untuk ibu selain menyebut nama ibu disetiap do’aku? Adakah hal lain yang bisa aku lakukan untuk ibu selain taat pada ibu? Menggendong ibu sepanjang waktu? Mendekap ibu disetiap waktu? Atau apapun itu yang bisa membahagiakan ibu, akan aku lakukan.
Ibu…
Terima kasih telah menjadi madrasah pertama dalam hidupku. Yang pertama kali mengajarkan aku tentang mengeja kata ‘ibu’ dan ‘ayah’. Lantas ibu mengenalkan dunia dan isinya padaku. Ibu pula yang memahamkan padaku tentang agamaku. Hingga detik aku mengenakan toga, menjadi seorang guru, aku merasa seperti debu tanpa ibu. Sungguh, aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa ibu. Bagaimana susahnya lidah cedalku mengeja seluruh benda yang aku lihat hingga kini aku menjadi penyiar radio yang bisa cuap-cuap tanpa henti, tentu karena ibu. Karena dengan kesabaran ibu yang mengajariku untuk memahami alfabet hingga apa itu rumus phytaghoras. Oh ibu, aku tak bisa membalas apapun atas semua cinta kasih ibu selama ini. Tak akan pernah bisa. Dan biarkan aku menyayangi ibu sepanjang waktu bukan karena kewajibanku sebagai seorang anak, tapi karena hal tersebut adalah kebutuhanku. Seperti halnya ibu yang mencintaiku, menyayangiku, dan mengasihiku, bukan sebagai bentuk kewajiban, tapi sebagai bentuk kebutuhan ibu dalam melangsungkan hidup. Aku pun begitu, tanpa mencintai ibu, aku tak bisa hidup.
Ibu…
Terima kasih telah menemani masa remajaku dengan indah. Ibu adalah sahabat terbaik yang tanpa lelah mendengarkan setiap curhatan ‘muda’ku. Yang dengan sigap memberikan nasehat dan solusi terbaik. Biarlah, jika kata orang ibu terlalu ‘kuno’ yang membatasi anak dalam pergaulan dengan teman sebayanya. Bagiku, orang kuno atau modern, sama sekali tidak penting. Yang terpenting adalah, bisa menunjukkan padaku kemana kakiku harus melangkah dan menghampiri masa depan yang indah. Ibu adalah sahabat terbaik yang peduli terhadap setiap masalahku. Yang ikut sedih kala aku menangis dan turut larut bahagia kala aku tersenyum. Ibu, you are my everything. Aku selalu mencintaimu sejak kemarin, kini, dan esok. I love you.
***Putri bungsumu: Atiyatul Mawaddah binti Fauzan
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment