(Spasi)
Atiya Fauzan January 05, 2016 0
23:13 WITA.
Kau tahu rasanya menulis diatas kapal pada saat tengah malam? Aku tahu rasanya. Iya, aku tahu. Karena dimenit itu pula aku merangkainya. Benar memang kata Bang Tere Liye, setelah keluar dari jendela rumah – kendaraan – kantor, kita akan kembali menjadi sosok yang berbeda. Yap! Semua itu benar jika kita memahami arti ‘perjalanan’ yang sesungguhnya. Makna terdalam yang berarti bukan sekedar foto, upload, dan selesai. Ada hal lain yang lebih luar biasa yang mampu membuat kita lebih bersyukur atas nyamuk yang mengigit sekalipun.
23: 16 WITA.
Kau tahu, tepat tengah malam menatap langsung lautan yang buihnya saja tidak nampak, membuatku sangat kerdil dan begitu kerdil. Jika saja aku lenyap dalam luasnya genangan air ini, ternyata tidak ada yang berbeda dengan dunia. Kapal-kapal tetap menyeberang, lampu-lampu tetap berpendar, air laut tetap beriuk, dan orang-orang tetap menjalani kehidupan episodenya. Mungkin, keluargaku, sahabatku, rekanku, tetanggaku, akan menangis dan bersedih. Dan akan terobati seiring berjalannya waktu. Lantas aku dilupakan. Sesederhana itu arti ‘aku’ untuk dunia yang luas ini.
23: 20 WITA.
Kau tahu, melihat gemerlap lampu kota saat tengah malam dari kejauhan sungguh indah mempesona. Tidak jelek bukan, meski ada bentangan air laut yang memberi jarak. Mungkin harus begitu hubungan aku dengan dunia, jangan terlalu dekat namun juga jangan terlalu jauh. Seperti halnya tombol spasi yang ada dalam gadget. Dilihat mata, jaraknya pas saja. Tidak jauh, tidak pula dekat. Nyaman dilihat mata. Bukankah tulisan bisa dipahami ketika ada jaraknya dan ucapan terdengar bermakna saat memiliki jeda? Yap! Biarlah kehidupan di dunia terus berjalan dengan (spasi), karena hakikatnya lebih indah demikian.
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment