Home cersing Pria Depan Toilet
Pria Depan Toilet
Atiya Fauzan January 05, 2016 0
Aku terpaksa duduk dideret kursi terakhir dekat toilet. Tak ada kursi kosong lagi, kapal terlihat sesak malam itu. Dari tempatku, bisa terlihat seluruh isi kapal dari arah belakang dan tentu lalu lalang penumpang yang keluar masuk dari toilet. Aku pun coba mencueki keadaan yang kurang kusuka dengan mengambil pena dan mencoret kertas semampuku. Sebuah tulisan tanpa judul berhasil aku rangkai. Dan ditengah itu semua, secara sadar aku mengamati sesosok berkaos merah di depan toilet, karena bagiku aneh. Ia tak beranjak sedetik pun dari pintu toilet. Mau tidak mau, retinaku menangkap kehadirannya dalam cakupan pandangan yang aku miliki. Ngapain? Pikirku dalam hati.
Meski tidak ada antrian panjang, tapi toilet tak pernah sepi pengunjungnya. Dan si pria berkaos merah tetap mematung. Hingga 15 menit kemudian, dia tetap berjaga di depan pintu. Aku yang penasaran meletakkan pena dan kertas lantas kemudian diam-diam melakukan penelitian pribadi. Namun hingga ujung pengamatan, aku masih tak mengerti. Karena tak sabar lagi, aku mencoba menyamar sebagai pengguna toilet, walau sebenarnya aku sama sekali tidak ingin memasukinya.
“Masih ada orangnya di dalam mbak” ujarnya, saat aku sudah berdiri tegap di depan pintu toilet.
“Oh, iya”
Hening.
“Lagi nungguin yang di dalam ya mas?” akhirnya aku membuka suara dan berani bertanya terlebih dahulu, meski aku tahu dia tidak menunggu siapapun.
“Bukan mbak. Toiletnya rusak. Tidak bisa dikunci dari dalam, dan juga tidak ada label pria wanitanya. Khawatir saja ada yang salah masuk” jelasnya.
“Penumpang juga?” tanyaku lagi.
“Iya mbak”
“Ooo… ” ucapku membulatkan suara. Baiknya, lanjutku dalam hati.
“Suka banget nulis ya mbak? Di kapal aja masih disempetin coret-coret” tanyanya kemudian.
Drrrrrrrttt. Dan pintu toilet pun terbuka, aku bergegas masuk tanpa sempat menjawab pertanyaannya. Cerita pun usai. Aku memahami bahwa orang baik itu masih banyak. Yang mau menjaga, mencemaskan orang lain yang tidak pernah dikenal, bukan untuk pamer, pamrih, apalagi imbalan. Tapi sudah panggilan hati, begitulah kebaikan bekerja. Selamat siang. ^_^
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment