Ketika Cinta Menjadi Buih (Cuplikan Cerpen)

...

Kau tahu seperti apa kedudukan buih bagi lautan yang luas? Sama sekali tak berarti. Begitu pula sosokmu dalam hatiku, tak ada artinya. Sudah setahun lebih kita bersama mengarungi bahtera kehidupan dalam ikatan suci bernama ‘pernikahan’. Tapi hingga detik ini aku bertahan menjadi makmum-mu hanya karena satu hal, yakni komitmen. Dihadapan Allah langsung aku berjanji untuk sehidup semati denganmu. Setia mendampingi langkahmu yang bertekad mengajakku ke JannahNYA.

Namun, manusia tidak pernah seterusnya bahagia dan baik. Terkadang aku sedih dan kecewa atas kekhilafan yang kamu lakukan, terkadang aku marah dengan sikapmu yang baru aku kenal. Jelas aku membencinya, hingga meluluhlantakkan cinta yang pernah aku agungkan sebelum bersedia menikah denganmu. Kemana perginya cinta itu? Entahlah, sekejap musnah tanpa pernah berpamitan padaku.

Tapi, engkau mampu membuatku untuk jatuh cinta berkali-kali padamu. Sekarang aku kecewa padamu, esoknya aku sudah mencintaimu lagi. Dengan cinta yang lebih baru, yang lebih dahsyat, dan yang lebih luar biasa dalamnya. Engkau mampu melakukannya, entah bagaimana caranya. Hanya sedetik engkau menjadi buih bagiku, dan detik selanjutnya engkau adalah suami terbaikku, ayah terhebat bagi anak-anak kita, dan menantu luar biasa bagi ayah dan ibu. Terima kasih cintaku, bidadara surgaku. 

...

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes