Begini Cara Bahagia…



Sering kali kita membaca sebuah kalimat singkat yang berbunyi: "Bahagia Itu Sederhana". Jika memang sederhana, bukankah hal mudah bagi orang jenius untuk bahagia? Lantas yang belum pintar tidak bisa bahagia? Bukankah mudah bagi seorang doctor, magister, dan sarjana untuk bahagia? Karena yang rumit pun bisa mereka pecahkan apalagi yang sederhana. Bukankah begitu? Atau mungkinkah hanya orang kaya yang memiliki tumpukan uang yang bisa memaknai “Bahagia Itu Sederhana”, karena jangankan yang sederhana, yang luar biasa pun sanggup dibelinya. Tapi kenapa Patterson dan Georgia Inmann, pewaris harta pemilik label rokok terbesar di Amerika yakni Doris Duke, menghabiskan tiga bulan di rumah sakit jiwa. Tapi kenapa Kurt Donald Cobain, penyanyi, penulis lagu, musisi dan artis yang mendirikan “Nirvana”ditemukan bunuh diri pada tanggal 8 April 1994. Tapi kenapa Wallace Hume Carothers yang merupakan seorang kimiawan Amerika yang namanya dikait-kaitkan dengan penemuan nylon, berani meminum racun pada tahun 1937 saat usianya menginjak 41 tahun. Kenapa?
Ternyata makna bahagia yang sederhana itu dimaknai dengan pemikiran dan cara yang sederhana pula. Dan jika membicarakan tentang ‘bahagia’ dan ‘materi’, ada banyak orang yang memiliki uang sebanyak apapun tidak pernah merasakan bahagia. Kenapa? Karena mereka mengidap “Hedonic Treadmill”. Penyakit satu ini berkaitan erat dengan pertanyaan, Kenapa makin tinggi income seseorang, ternyata makin menurunkan peran uang dalam membentuk kebahagiaan? Kajian-kajian dalam ilmu financial psychology menemukan jawabannya, yang kemudian dikenal dengan nama “hedonic treadmill”. Gampangnya, hedonic treadmill adalah seperti ini : "Saat gaji kita 5 juta, semuanya habis. Saat gaji kita naik 30 juta per bulan, eh semua habis juga. Kenapa begitu ? Karena ekspektasi dan gaya hidup kita pasti ikut naik, sejalan dengan kenaikan penghasilan kita. Dengan kata lain, nafsu kita untuk membeli materi atau barang mewah akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan income- kita. Itulah kenapa disebut hedonic treadmill, seperti berjalan diatas treadmill, kebahagiaan kita tidak maju-maju!"
Nafsu materi tidak akan pernah terpuaskan. Saat income 10 juta/bulan, mau naik Avanza. Saat income 50 juta/bulan pengen berubah naik Alphard. Itu salah satu contoh sempurna tentang jebakan hedonic treadmill. Hedonic treadmill membuat ekspektasi kita akan materi terus meningkat. Itulah kenapa kebahagiaan kita stagnan, meski income makin tinggi.
Ada eksperimen menarik : "Seorang pemenang undian berhadiah senilai Rp 5 milyar dilacak kebahagiaannya. Enam bulan setelah ia mendapat hadiah, apa yang terjadi ? Enam bulan setelah menang hadiah 5 milyar, level kebahagiaan orang itu SAMA dengan sebelum ia memenangkan undian berhadiah. Itulah efek hedonic treadmill."
Jadi apa yang harus dilakukan agar kita terhindar dari jebakan hedonic treadmill ? Lolos dari jebakan nafsu materi yang tidak pernah berujung ! Terapkanlah gaya hidup yang bersahaja ! Sekeping gaya hidup yang tidak silau dengan gemerlap kemewahan materi.
Makin banyak berbagi, makin banyak memberi kepada orang lain ternyata justru semakin membahagiakan. Bukan banyak mengumpulkan materi yang membuat kebahagiaan kita terpuaskan ! When enough is enough. Bahagia itu sederhana : "Misal masih bisa menikmati secangkir kopi panas, memeluk anggota keluarga kita yang kita cintai, murah senyum, menyapa dan mengasih tip ke tukang sampah, membaca "makanan" spiritual sepanjang perjalanan menuju tempat tugas, berbakti untuk bangsa, mendalami agama, maka betapa indahnya hidup ini !
Selamat berkarya! Selamat menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes