MENU

Pengakuan Anak Pada Ibunya #Bagian1




Ibu…
Aku tahu, ibu tidak pernah aktif sekalipun di dunia maya. Tapi, aku menulis ini di blog, berharap salah satu kakakku akan menunjukkannya pada ibu. Aku berharap, cukup aku yang melakukan kesalahan ini, jangan anak yang lainnya. Aku berharap, semakin banyak anak yang akan jujur sepenuhnya pada ibunya.
Ibu…
Aku tersadar dan benar-benar merenungkannya ketika jadwal curhat kita minggu kemarin bu (30 Desember 2014). Aku bercerita tentang Om Sam yang berkunjung ke sekolahku karena ada kerjasama dengan pihak sekolah. Kemudian ibu menjawab curhatan panjang lebarku dengan kalimat, “Jangan lupa ucapkan salam dan salim sama Om-mu, dimanapun. Kalau sama temannya ya jangan, kan nggak boleh”. Entah kenapa Ibu melontarkan kalimat itu, mungkin insting ibu sedang merasakannya ya. Entah kenapa Ibu tumben membahasnya, padahal ibu tahu seperti apa aku.
Ibu…
Ibu benar, aku sudah tidak seperti dulu lagi. Aku mengaku salah bu. Sejak aku baligh, ibu mengajarkan untuk mengatupkan tangan di depan dada jika akan bersalaman dengan seorang pria yang bukan muhrim kita. Aku aplikasikan ketika SMP, SMA, hingga kuliah. 4 tahun menimba ilmu di perguruan tinggi (yang kehidupannya berbaur dengan kaum adam), tidak satupun temanku yang pernah berjabat tangan denganku. Meski dibilang aneh, aku tetap santai karena hanya senyum ibu yang aku ingat. I do it.
Ibu…
Tapi itu semua dulu bu, aku tidak pernah cerita, jika sejak aku memasuki dunia kerja aku sudah melupakan amanah ibu. Aku berjabat tangan dengan siapapun di sekolah. Maaf ya ibu. Sudah setahun lebih memang, bukankah kata ibu terlambat itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Aku akan mencoba meminimalisirnya bu. Tapi tenang bu, diluar sekolah, aku tetap menjaga amanah ibu tentang sebuah jabat tangan. Tapi aku tetap salah ya bu, karena aku tetap mengabaikannya. Aku menyesal bu. Maafkan aku bu. Maaf. Mungkin ibu kaget mendengar ini, dan mungkin juga teman kelasku semasa kuliah yang kini satu kantor denganku akan sama kagetnya dengan ibu, sembari berpikir “kok mau jabat tangan ya?”
Ibu…
Aku menyesal. Aku siap dengan apapun komentar ibu di edisi curhat kita minggu depan (7 Desember 2014). Sekali lagi, aku minta maaf ibu. Karena sudah mengabaikan amanah ibu yang diamanahi bapak. I love you ibu.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes