Home Unlabelled Surat Untuk Ayah
Surat Untuk Ayah
Atiya Fauzan October 08, 2014 0
Assalamu’alaikum ayah…
Apa kabar ayah disana? Semoga baik-baik saja, itulah yang menjadi lirik dari do’a-do’a panjangku, semoga ayah mendapat tempat terbaik di sisiNya…
Wah… sudah lebih dari 10 tahun ya ayah meninggalkan kami semua, tidak terasa aku merindukan ayah selama itu. Ayah adalah seseorang yang kucinta selama hidupku. Hidup tanpa ayah seperti berjalan dengan satu kaki. Tapi tenang saja yah, aku tidak akan mengeluh. Aku ikhlas dengan kepergian ayah. Beginilah takdir seharusnya berjalan, dan inilah yang terbaik. Bukankah begitu yah? Tapi tetap saja, kenanganku atas ayah tidak bisa pudar begitu saja. Terutama tentang pahit dan manis kehidupan. Sejak kecil ayah meng-anak emaskan aku, kenapa yah? Karena aku putri bungsu kah? Ayah selalu mengambil bagian yang tidak ‘enak’ menurutku, apapun itu. Aku sudah terbiasa dengan hidup yang manis, namun saat ayah pergi, aku belajar menelan keduanya. Masih ingatkah ayah, setiap kali aku memakan telur, aku sisihkan bagian putihnya dan ayah memakannya, karena yang aku suka bagian kuningnya saja. Dan setiap ayah memakan telur, ayah tak pernah memakan bagian kuningnya dan memberikannya padaku, karena ayah tahu itu yang aku suka. Begitupun dengan kue pastel yang kita makan yah… bagian tepi kue adalah bagian ayah dan bagian tengah kue adalah bagianku. Ah ayah, bernostalgia begini membuat rinduku memuncak saja.
O ya, aku punya banyak kabar bahagia untuk ayah. Sekarang putri bungsumu sudah banyak berubah yah… Dulu saat terisak menangis di depan nisan ayah, aku masih anak kecil yang berseragam putih biru, sekarang aku sudah menjelma menjadi seorang gadis dewasa yang lebih kuat dan ikhlas dengan seragam kerja. Bagaimana yah? Ayah bahagia? Tenang saja yah, Alhamdulillah aku berada di tempat dan lingkungan yang tidak mendekatkanku dengan keburukan dan kemaksiatan tentunya. Karena pilihan ibu adalah pilihan ayah. Bukankah ibu dan ayah selalu sehati. Yang ibu inginkan merupakan keinginan ayah, dan hanya itulah yang aku lakukan. Ayah bahagia kan mendengarnya?
Kabar bahagia yang lain adalah tentang ibu yah… Hingga detik ini, nama ayah masih terukir jelas di hati ibu, tak pernah pudar sedikit pun. Saat ini, ibu dalam keadaan sehat walafiat. Sepeninggal ayah, ibu tidak pernah lelah mengajariku banyak hal, bagaimana seorang wanita harus menjalani kehidupannya, bagaimana menuntut ilmu, bagaimana sikap sebagai seorang anak, dan masih banyak lagi tentang segalanya yang belum sempat ayah ajarkan dan tanamkan padaku, beruntung ada ibu ya yah. Makasih ya yah, sudah menghadiahkan ibu sehebat beliau.
Dan tentang mbak luluk, mbak mut, dan mas aan. Mereka semua begitu bahagia dalam balutan keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warrahmah. Hebatnya lagi, mereka bertiga memberi 9 orang cucu pada ibu dan ayah. Ayah bangga kan? Dan yang membuat aku bangga pada ayah, ayah tidak menuntut kami dengan hal yang macam-macam. Satu hal yang ayah harapkan atas kami berempat, ayah hanya ingin kami menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain dan menjadi manusia yang mampu melaksanakan 5 rukun islam. Itu saja. Meski saat itu usiaku masih anak-anak, aku masih mengingat dengan jelas harapan ayah ini, otakku masih menyimpannya yah, harapan yang ayah katakan. Terima kasih telah memanggil nama-nama kami di Baitullah. Harapan ayah akan segera terwujud, tahun depan mbak luluk yang mendapatkan undangan untuk melaksanakan rukun islam yang terkahir, dan tahun depannya lagi giliran mbak mut yang mendapat undangan. Ayah bahagia plus bangga kan? Doakan semoga aku dan mas aan juga segera mendapat undangan. Amin…
Ayah…
Ayah tidak perlu khawatir atas apapun. Meski bagiku hidup tanpa ayah seperti berjalan dengan satu kaki, begitu sulit. Tapi ayah tidak perlu cemas, meski hanya dengan satu kaki, aku masih beruntung memiliki ribuan sayap. Ayah yang tenang ya disana. Ada banyak orang yang membantu dan menjagaku, yaitu yang menjadi sayap-sayapku hingga aku tidak tertatih lagi berjalan di muka bumi ini. Ada ibu, mbak luluk, mbak mut, mas aan, mas sen, mas nurul, mbak ide, buk yas, bekji om, makji waris, umi wiwik, om sam, uma, dan masih banyak lagi. Ayah bahagia kan mendengarnya?
Ayah…
Ayah baik-baik ya disana, aku akan baik-baik juga disini. Meski raga ayah tidak menjagaku lagi, tapi amanah ayah aku simpan dalam hati dan menjagaku 24 jam tanpa henti. Aku Atiyatul Mawaddah, yang selalu merindukan ayah dan mencintai ayah. Terima kasih ayah untuk nama indah yang ayah hadiahkan untukku (Atiyatul Mawaddah: Pemberian Yang Membahagiakan). Terima kasih ayah untuk setiap detik kebaikan ayah selama hidupku. Dan maaf atas segalanya. Meski aku tahu bahwa ayah akan memaafkanku sebelum aku melakukan kesalahan itu sendiri, tapi aku tetap minta maaf pada ayah.
Semoga ayah bahagia dan bangga dengan kabar yang aku berikan.
Wassalamu’alaikum ayah…
Putri Bungsumu (Atiyatul Mawaddah)
NB: Untuk anak-anak yang masih memiliki ayah, jangan pernah malu untuk mengatakan ‘aku mencintaimu ayah’ disetiap harinya, jangan pernah jaim untuk sekedar mengirim pesan tentang terima kasihmu dan maafmu melalui surat/ pesan elektronik, karena ada banyak anak yang tidak seberuntung dirimu, yang hanya bisa mengatakan cinta untuk ayahnya tanpa bisa sang ayah dengar, yang hanya bisa menuliskan perasaannya pada ayahnya tanpa bisa sang ayah baca. Kamu masih beruntung, manfaatkanlah.
About Author
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment