MENU

Bukan Sekedar Saudara



            Minggu lalu, aku pulang ke Probolinggo untuk mengurusi perihal hilangnya kartu identitasku, KTP (Kartu Tanda Penduduk). Meski tidak bisa memacu kuda besi, aku tak pernah khawatir untuk mengurusi hal seribet KTP yang menghabiskan tiga tempat sekaligus, balai desa – polsek – kantor kecamatan. Why? Karena aku memiliki mereka, ketiga kakakku. Yang rela mengurusi segala keperluan dan kebutuhanku, adik bungsu semata wayangnya *ehem*.  Yang turut galau ketika aku galau dan turut tertawa ketika aku bahagia.
            Menuju ke tempat TKP 1 yakni balai desa, aku diantar oleh KAKAK 1. Lengkap dengan membawa fotocopy KTP yang hilang, fotocopy KK (kartu keluarga), dan fotocopy kartu pajak. Beruntung
, kakakku mengenal salah seorang pegawai di balai desa. Karena pelayanan di desa dan di kota itu ternyata berbeda. Balai desaku terlihat begitu sepi, hanya terlihat segelintir orang yang nampak. Menurut info yang aku himpun, para pegawai disini (baca: balai desa) memiliki jam masuk yang ‘sedikit bebas’. Namun, pengurusan surat pengantar dari balai desa untuk polsek  milikku tidak terlalu ribet, karena si pegawai sudah kakakku hubungi sebelumnya. So, mereka ada di tempat.
            Menuju polsek sebagai TKP 2, aku masih ditemani KAKAK 1. Sebelumnya, kami pulang terlebih dahulu karena ada berkas yang tertinggal. Ketika dirumah, berkas yang dicari tidak ada. KAKAK 2 pun bingung, rumahnya yang dekat dengan rumahku mempermudah kami berdua untuk berkomunikasi *berbeda dengan KAKAK 1 dan KAKAK 3 yang memiliki jarak yang jauh*. Ditengah kebingungan itu, KAKAK 2 memberikan solusi untuk mencari di tempat lain, dan ternyata benar, berkas itu ada *jempol*.
Berkas lengkap, perjalananpun dilanjutkan *otw polsek* bersama KAKAK 1. Dia menjadi kepala bagiku dan aku menjadi ekor baginya. Dia yang mengurusi segala halnya, menjawab pertanyaan pak polisi di polsek, melengkapi dan menata berkasku, dan lainnya. Setelah melakukan penandatanganan beberapa kertas, kami pun diperbolehkan untuk melakukan tahapan selanjutnya, yakni pergi ke kantor kecamatan. Disana, aku tetap ditemani KAKAK 1 untuk melakukan sesi pemotretan *gayanya seperti model saja*. Dia yang melakukan wawancara dengan para petugas, menanyakan ini itu dan memilihkan foto terbaikku untuk dipajang di kartu identitas.
            Ketika siang sudah benar-benar sempurna, urusan KTP pun selesai. KAKAK 1 mengantarku pulang. Sesampainya di rumah, KAKAK 2 sudah siap dengan menu baksonya sedangkan KAKAK 3 telah siap dengan menu ayam gorengnya. Ketika aku dan KAKAK 1 sibuk diluar, ternyata KAKAK 2 dan KAKAK 3 sibuk masak di belakang untuk memenuhi perut-perut kosong disiang hari. Alhamdulillah…
            Namun, ada yang terlupa, meski sudah selesai urusannya, tanganku belum menggenggam KTP baru. Alhasil, KAKAK 3 mengurus sisanya, untuk menyelesaikan KTP baruku sebelum aku kembali ke Jember. Karena KAKAK 1 sudah harus pulang ke rumahnya ketika sore menjelang, sedangkan KAKAK 2 sama sepertiku, sama-sama tidak bisa mengemudikan sepeda motor. Dan pada akhirnya, dengan bantuan KAKAK 3, KTPku selesai hari itu juga. Tepat pukul 18.25 WIB aku menerima KTP baru. Terima kasih ya kakak-kakakku.

***Keterangan:
KAKAK 1: Maulu’atul Hidayah
KAKAK 2: Nafsul Mutmainah
KAKAK 3: Anwar Mubarak

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes