MENU

Jadwal Padat, 'Dia' Tetap Bahagia


            Namanya Epik, lengkapnya Devi Qatrunnada Daroini. Lahir di probolinggo pada tanggal 21 juni 2003. Diusianya yang ke-11 tahun ini, dia sudah menduduki bangku kelas VI SD. Dalam sehari, dia harus melakukan empat kegiatan belajarnya. Aku begitu salut pada sosok mungilnya yang berperawakan putih gemuk dan pendek. Dengan wajah polos khas anak-anak, dia begitu bahagia menjalani potongan waktu 24 jam yang dia miliki. Meski terkadang mengeluh, dia tidak pernah mau berhenti tentang 4 rutinitas harian yang harus ia jalani dalam sepekan. Aku dibuat geleng-geleng kepala olehya. Bagaimana tidak, jadwalnya yang padat tak membuatnya untuk berhenti berkatifitas layaknya anak SD, yakni semangat belajar dan juga bermain. Dia masih aktif bersama-sama anak kecil lainnya untuk membuat sebuah janji dan bermain bersama, meski hanya 30-60 menit saja.

            Dari waktu pagi hingga siang begitu terik, dia harus mengikuti kegiatan belajar mengajar di salah satu sekolah dasar swasta di kabupaten Probolinggo, yakni SD Taruna Dra. Zulaikha. Tepat jam enam pagi, becak langganannya sudah nangkring menunggu sosok mungilnya. Sebelum pagi sempurna, dia harus membawa sekotak tas hitam besar yang berisi buku catatan, buku tugas, buku PR, dan buku paket. Menggendongnya hingga tiba di sekolah.  Jilbab seragam dengan hiasan bunga-bunga kecil menemani aktifitasnya seharian di sekolah, tanpa pernah dilepas. Begitu satu jam setelah adzan dzuhur berkumandang, si Epik tiba di rumah dengan wajah kelelahan namun menyiratkan semangat.
            Beberapa menit berselang (setelah pulang sekolah), sosok mungil Epik langsung menuju kamar mandi. Seragam sekolah formalnya (putih merah) kini siap untuk digantikan oleh seragam berwarna putih hitam. Yap… dia langsung bersiap untuk sekolah sore disebuah madrasah. Dengan tas sederhana lengkap dengan isian berupa kitab-kitab agama, dia gegap gempita berjalan menuju sekolah keagamaan. Meski siang belum beranjak, dia tak pernah protes ingin tidur siang seperti yang lainnya. Ditengah waktu istirahat orang dewasa, dia pergi menimba ilmu kembali hingga sore menjelang.
            Tepat pukul empat sore, si Epik sudah selesai melakukan rutinitas sekolah madrasahnya. Dengan kecepatan kilat dia berganti baju main dan berlari ke halaman rumah untuk bergabung dengan anak kecil lainnya yang sudah terlebih dahulu ada. Tanpa sirat kegalauan di wajahnya, dia begitu bahagia. Tertawa lepas tanpa beban apapun. Tanpa beban. Namun, setelah 30 menit berlalu, dia harus membunuh hasrat bermainnya, karena tepat pukul 16.30 WIB, dia harus menjalani les privat yang ia ikuti  atas kemauannya sendiri. Tanpa aba-aba, dia meraih tas les khususnya lengkap dengan buku-buku materi yang akan dia bahas selama 1 jam ke depan bersama guru lesnya.
            Tak cukup sampai disitu, menjelang maghrib, dia memang sudah tiba di rumah (dari rutinitas les), tapi dia hanya mempunyai waktu mandi dan berganti baju muslimah untuk menjalani rutinitas mengaji Al-Qur’an disalah satu Musholla dekat rumahnya. Lengkap dengan satu set perlengkapan sholat dan satu buah Al-Qur’an, si Epik melangkahkan kaki menuju Musholla  ditemani senja yang begitu syahdu. Dan baru kembali, ketika usai melaksanakan shalat Isya berjamaah.
            Setelah keempat aktifias rutinnya selesai, si Epik siap melakukan istirahat total, setotal-totalnya. Aku tidak bisa berkata apa-apa ketika 24 jam memperhatikan kegiatan menimba ilmunya tersebut. Dimulai dari ke sekolah formal (SD), lalu ke sekolah keagamaan (Madrasah), kemudian ikut les privat, dan yang terakhir adalah mengaji di Musholla.


***Epik/ Devi Qatrunnada Daroini adalah keponakan-ku yang ke-lima

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes