Home Unlabelled Lebih Akrab Dengan Sekolah
Lebih Akrab Dengan Sekolah
Atiya Fauzan March 18, 2014 1
Ditemani oleh pendingin buatan, dibawah terik yang tersibak awan putih, aku menulis ini tepat bersanding dengan ceceran kertas yang memuat abjad tak terbaca. Akal sudah tidak mau berkompromi untuk rasional, hati tetap saja bercanda dengan perasaan, dan aku mematung dengan jemari tergerak *lebay. Oke oke, langsung saja. Sebenarnya begini, jika para selebritis menjadi akrab dengan lokasi syuting karena tiap hari bersenggolan dengannya. Makan di lokasi, tidur di lokasi, beribadah di lokasi, melakukan hobi di lokasi, berinteraksi di lokasi, semua serba di lokasi.
Mungkin awalnya asing bagi mereka, bak santri pertama kali masuk pesantren, menjenuhkan binti membosankan dan membuat raga tidak kerasan (betah-red). Begitupun dengan yang aku alami. Awal menapaki lantai sekolah, semua lingkungan terasa asing, bertemu dengan orang-orang baru, meja baru, dan aktifitas baru. Selalu saja ingin cepat melangkah keluar alias pulang begitu tugas mengajar selesai. Namun, pada akhirnya keasingan itu mulai memudar perlahan dan kemudian musnah. Sekarang, aku merasa lebih akrab dengan sekolah, mungkin karena semakin banyak waktu yang aku habiskan diddalamnya. Dimulai dari lembur ini, lembur itu, menyelasikan ini itu, dan lainnya. Alhasil aku pun melakukan ritual ibadah di sekolah, makan di sekolah, istirahat di sekolah, menulis di sekolah, ngerumpi di sekolah, dan lainnya. Semua serba di sekolah.
Kesimpulannya, hubungan baik itu dibangun oleh kualitas yang baik dan kuantitas yang cukup. Jika tidak nerimo apa aktifitas yang kita miliki, maka akan sulit untuk memiliki sebuah kualitas hubungan yang baik. Semuanya didasarkan pada perasaan ikhlas terlebih dahulu. Jika sudah begitu, maka kita akan melakukan sebuah pekerjaan dengan bahagia tanpa tekanan atau beban. Dan mengenai waktu, menunda tetaplah menjadi masalah. Menghindar dan menjauhi kewajiban, akan menjadi hutang beban dikemudian hari. Tugas sekarang, lakukan sekarang. Itulah kuantitas yang cukup. Baiklah, saya akhiri tulisan kali ini dengan bacaan hamdalah bersama-sama. Alhamdulillahirrabbil’alamiin
About Author
Related Posts
- “Selamat Merenung 8 Agustus, Sahabat”
- Lomba Menulis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Total Hadiah 100 Juta)
- Surat-surat Atiya (Rindu Tak Sampai)
- Mr. Simple (Cersing)
- Arti Penting Ibu Bagi Chairul Tanjung
- Makan Bareng Raditya Dika (Membahayakan)
- Tandak Bedes (Naskah Berita TV & Kenangan Bingkainya)
- Bidadari Surga Yang Lain
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Benar apa kata pepatah Jawa: TRESNO JALARAN SONGKO KULINO
ReplyDeleteSemua aktifitas yang kita jalani mungkin awalnya memang tidak menyenangkan, takut salahlah, takut nanti dicemoohlah, takut tidak dihargailah de el el.....
tapi semua itu akan sirna ketika kita sudah mengenal aktifitas kita sendiri atau sudah mengenal orang-orang yang beraktifitas di sekitar kita... ohhhh enak ya ternyata, ohh gini ya ternyata
sedikit cerita tentang apa yang saya alami