Home Unlabelled Diskusi Renyah Dibawah Terik
Diskusi Renyah Dibawah Terik
Atiya Fauzan March 11, 2014 0
Beberapa hari ini untuk kawasan Jember, panasnya terik sangat menyengat dan membakar kulit. Alhasil, akupun dengan sigap mencari posisi nyaman didekat kipas angin. Siang inipun aku melakukannya. Sembari menyelesaikan laporan, aku terseret dalam obrolan para rekan kerjaku. Inilah cara efektif untuk membunuh kelelahan dan kejenuhan dibawah ganasnya sang matahari, mengobrol dan berbagi. Bertemakan tentang poligami dan pernikahan, aku pun turut nimbrung. “Biasanya wanita jebolan perguruan tinggi islam mayoritas rela dipoligami, kalau bu Atiya merelakan?” tanya salah seorang guru senior. Dengan pasti dan tegas aku menjawab “Mboten pak”.
Wah… seruan dari segelintir orang saat itu menyeruak menyerbu telingaku, ada yang tergelak simpul dan ekspresi lainnya pun muncul. Akupun memberi penjelasan, “Ibaratnya durian pak, saya tidak suka bukan berarti saya mengharamkan bagi orang lain untuk makan durian. Saya hanya alergi dan saya tahu itu akan membawa mudharat bagi saya. Kalau yang lainnya makan durian, ya silahkan saja”. Dan detik selanjutnya, pembahasan berlanjut pada pernikahan, saat ada pernyataan yang mengerutkan keningku, “Bu atiya masih dibawah umur, masih lugu-lugunya” canda yang lain. Aku memang benar tidak paham maksudnya apa, sebuah pernyataan yang membuatku berpikir serius dan membuat yang lainnya (seluruhnya) tertawa dan tergelak. Aku pun bingung, dan hanya bisa nyengir tanpa dosa. “Bu atiya kok bisa masih 21 tahun?” Ehem, pertanyaan yang membuatku malu, jujur saja, aku tidak pernah masuk TK alias Taman Kanak-kanak. Jadi usiaku tidak sesuai dengan pendidikan yang aku tempuh (katanya). Aku pun menjawab jujur-sejujurnya, bahwa aku tidak pernah tahu manisnya menimba ilmu di bangku TK. Dan benar dugaanku, pembicaraan pun mengalir berganti topic lagi. Aku hanya mengikuti arus bersama laporan yang harus aku selesaikan hari itu.
Pasca bel sekolah, tepat pukul 15.00 WIB. Terik masih saja menghinggapi bumi. Pulang diatas pukul 14.30 pertanda aku akan mengalami kesulitan menemui angkot. Beruntung, ada satu angkot tersisa untuk jurusan Ajung. Terima kasih untuk hari ini. Aku ingin menutup tulisan ini dengan rasa syukur. Catatan dariku untuk kali ini, persiapkan dirimu untuk hal yang tak terduga di hari esok, pertanyaan unik dari anak-anakmu, pertanyaan berat dari gurumu, atau pertanyaan penting dari orangtuamu. Belajar (dengan membaca, menonton, menggambar, mengamati, dll) ibarat payung untuk hujan, jika tidak ingin basah kuyup maka sediakan payung, jika ingin lulus/ lolos maka belajarlah.
About Author
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment