MENU

Kehidupan Sinetron, Benar Adanya


Semakin lama aku hidup, semakin lama aku mengamati, semakin banyak aku tahu. Dunia dongeng jaman dulu, dunia fiktif dalam sinetron, dunia khayal dalam cerita, aku kira tetap berada dalam cangkangnya dan tak pernah keluar ke dunia nyata. Namun, sadar atau tidak semua itu ada dalam dunia nyata. Semua itu fakta, percaya atau tidak, cerita itu, sikap itu, kejadian itu, fenomena itu, dan apapun itu memang benar adanya.
Menurutku, anak durhaka dan kejam pada orangtua kandungnya itu hanyalah kelebayan sinetron dan ftv saja. Nyatanya, sama sekali tidak. Bahkan lebih menyeramkan dalam dunia nyata. Orang asing yang aku tebak berjalan dengan ibunya, membiarkan sang ibu tertinggal, memaki, dan hampir aja memukulnya ditengah keramaian. Teman dari temanku, yang memperhitungkan setiap 1 rupiah yang dia keluarkan untuk orangtuanya. Kita semua tahu, bahwa kita sebagai anak tak pernah sempurna mutlak berbakti pada orang tua. Tapi setidaknya dalam dunia nyata, kesalahan paling parah anak terhadap orangtuanya adalah tidak menjawab panggilannya atau merengek minta sesuatu hal. Tidak sampai memasuki taraf memaki, memperlakukan dengan tidak baik, apalagi menyentuh kulitnya. Duh sinetron kau benar-benar ada dalam dunia nyata. Aku pun bergumam “seperti di TV saja”
Menurutku, manusia super dengki dengan kadar 24 karat, hanya ada dalam televise. Ternyata di dunia nyata ada yang sama persis. Memang, manuia 100% bersih dari penyakit hati itu tidak mungkin. Tapi bagiku, kedengkian dalam ftv/ sinetron terlalu berlebihan. Itu tidak mungkin saja ada dalam dunia nyata. Tapi menusuk teman dari belakang, main belakang atau apapun itu memang benar-benar ada. Si A yang bersahabat dengan si B, namun mencacinya dihadapan si C. Atau si X yang berusaha membuat si Y dan si Z bertengkar hebat, dan masih banyak lagi kedengkian rumit dalam dunia ini. Aku hanya bergumam “aku kira hanya ada dalam sinetron”
Dulu sekali, aku pikir anak nakal yang merusak masa depannya dengan perbuatan buruknya hanya ada dalam film, dan itu terlalu dibuat-buat. Namun aku mulai menyadari, itu terjadi di dunia nyata, tapi hanya di kota-kota besar. Bukan di kota santri seperti Jember. Tapi aku kembali harus mematahkan anggapanku itu. Semua dalam film itu bisa terjadi dimanapun. Salah seorang dosenku pernah menguakkan fakta padaku, bahwa murid SMP berseragam dongker saja pernah beli pil (untuk membuat rekan wanitanya pingsan lalu ber’pesta’) di apotek kimia farma yang terletak di perempatan lampu merah Mangli. Tepat beberapa ratus meter sebelum pondokku. Begitu dekat fakta itu. Aku kira jauh di Jakarta sana saja. Belum lagi hal lainnya. Aku heran bergumam “siapa yang meniru siapa? Sinetron nyata atau nyata sinetron?”
Dan masih banyak lagi sesuatu hal yang harusnya tak pernah keluar ke dunia nyata dan tetaplah dalam sinetron dan televise.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes