MENU

Ini Butuhku, Itu Inginku



     Membicarakan masalah kehidupan, kita harus percaya bahwa jalan yang kita tempuh saat ini yang sebelumnya diiringi dengan usaha dan do’a adalah pilihan tepat yang kita butuhkan. Memang sangat melenceng dari apa yang kita inginkan. Tapi sadar atau tidak sadar, inilah yang terbaik. Begitu juga dengan hidupku. Masa SD aku habiskan di desa tercinta, Leces. Masa SMP dan SMA aku harus menuruti kemauan orangtuaku untuk menimba ilmu di pondok pesantren. Aku masih ingat, aku memiliki keinginan atau mimpi yang benar-benar kuat, sekitar akhir-akhir masa SD. Hidup di dunia pesantren memang pilihan dan keinginanku kala itu. Tapi begitu mencobanya, detik demi detik aku merasa tidak betah dan rindu rumah. Keinginan terbesarku saat itu adalah berhenti mondok. Tapi, amanah bapak tidak bisa aku abaikan begitu saja, aku harus menuntaskan waktu 6 tahun masa belajarku di pondok pesantren. Kuat tidak kuat, aku tetap bertahan dan mulai terbiasa.
    Lulus SMA, keinginanku bercabang. Mulai dari kuliah di STAN Jakarta, IPDN Bandung, dan UIN Malang. Dan pada akhirnya takdir menuntunku ke kota Jember. Padahal Jakarta/ bandung/ malang keinginanku, tapi Allah menunjukkan jalan bahwa Jember-lah kebutuhanku. Aku sama sekali tak memiliki ketertarikan untuk berdomisili di kotanya Mas Anang Hermansyah ini. Sama sekali tidak terbesit, secuil pun  (Tapi sekarang malah ketagihan). Dua kali berturut-turut aku gagal ujian STAN, menemukan banyak rintangan di lapangan, mulai dari ngantuk, pensil yang tak bersahabat, dan otak yang membeku. Mengikuti tes masuk IPDN sebanyak 6 tahapan. Aku lolos sampai tahap 4. Untuk 5 dan 6 aku tidak bisa mengikutinya. 1) administrasi, kelengkapan berkasku begitu sempurna dan aku pun lolos. 2) tes IQ dan kecerdasan seJawa Timur, dari ribuan yang mengikuti, hanya ada sekitar 150 peserta yang lolos ke tahap berikutnya, dan aku salah satu di antaranya. 3) tes fisik, memang olahragaku payah tapi aku cukup kuat untuk melaju ke tes selanjutnya. 4) tes kesehatan, sungguh gagal total. Masalahnya terletak pada gigiku yang rusak parah dibagian kiri bawah dan telingaku yang kurang bersih. Dan akhirnya aku gagal. Tapi keinginanku belum berhenti, aku mencoba mengikuti SNMPTN 2009, yang kebetulan waktu itu pendaftarannya di UIN Malang. Aku bersiap menata niat dari rumah untuk masuk jurusan Akuntansi (Mapel Favorit SMA). Di tengah penantian antrean, aku berlari ke Masjid Kampus UIN Malang untuk melaksanakan shalat dzuhur. Dan cerita pahit aku dapatkan. Tasku hilang alias dicuri saat aku melaksanakan ibadah sholat. Seluruh uangku, handphone, berkas-berkas pendaftaran, ALFALink tercinta (yang menemaniku sejak awal masa SMA), make up, dll semuanya raib. Aku menangis dan pulang dengan uang 50ribu rupiah pinjaman dari sepupuku yang kebetulan kuliah di UIN.
     Perjalanan yang tidak singkat memang, pencapaian keinginan yang berakhir pada kebutuhan. Jember, menjadi kota yang terpaksa aku singgahi. Di STAIN Jember-lah aku menimba ilmu. Kampus yang juga menjadi kampus bibiku dulu. Aku mensyukuri tiap langkahku untuk belajar, berusaha, dan berdoa selama ini. Meski kecewa karena keinginan yang gagal, tapi aku sadar bahwa inilah jalan yang aku butuhkan dan jalan yang terbaik. Inilah scenario terindah dalam perjalanan menuju apa yang sebenarnya yang aku butuhkan dan apa yang baik untukku. Jurusan KPI, Asrama putri STAIN Jember, PP.Nurul Fikri Mangli, Karangmeluwo, sampai jalan ke SMKN 4 Jember. Semua orang yang ada didalamnya dan semua keadaan dan pembelajaran didalamnya, itulah jalanku dan itulah butuhku serta baikku. Tidak ada asap jika tidak ada api. Selamat siang.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes