Home Unlabelled Tempo Dulu
Tempo Dulu
Atiya Fauzan November 07, 2013 0
Tempo Dulu
Dulu saat tak memiliki laptop, aku menulis semua yang ingin aku tulis di atas kertas. Berlembar-lembar kertas yang menjadi korban pelampiasan jemariku. Saat tak ada laptop, semua orang tentu hanya bias memanfaatkan kertas. Aku jadi teringat ketika di pesantren dulu. Kebanyakan dari santri membuat buku kumcer atau novel singkat menggunakan buku biasa. Setelah selesai, kami saling menukarkan karya. Pesantren yang dibatasi tembok tinggi, seperti dunia mini para penulis amatir berbakat. Kadang, kami harus mengantri untuk bisa membaca karya seorang teman, yang kesemua isinya murni menggunakan tulisan tangan dan menggunakan pena. Saat itu, kami tak boleh punya gadget, alhasil kami harus berakrab-akrab ria dengan kertas putih polos berpola garis. Saat ini, laptopku rusak, selama masuk tempat service, aku coba bernostalgia berkawan lagi dengan kertas.
Dulu saat tak memiliki akun email, aku mengirimkan pesan melalui surat. Menuliskan kata per kata di atas kertas dan kemudian dititipkan pada seseorang ataupun pak pos. Sekedar memberi kabar pada keluarga, curhat pada saudara, ataupun yang lainnya. Surat. Begitu sakral bagiku mengirim pesan menggunakan surat. Namun, sejak memiliki akun email, aku tak pernah mengirim surat lagi. Tulis akun email penerima pesan di bagian ‘To’, tuliskan pesan dibadan email, klik attach untuk menyertakan file, lalu pilih send, selesai. Memakan waktu dan tenaga yang sedikit memang, tapi kesakralan itu terasa berkurang. Ya… itulah tempo sekarang, berbeda dengan tempo dulu. Lagi dan lagi, aku teringat jaman di pesantren. Tiap melewati papan pengumuman di PIP (Pusat Informasi Pesantren), para santri dag dig dug, berharap namanya tercantum sebagai penerima surat. Namun, masuknya internet ke dalam pesantren, membuat para santri tempo kini cukup mengecek email baru yang masuk. Cukup begitu.
Dulu tak sama dengan sekarang, masalah semakin pelik, penyebabnya semakin beragam, caranyapun semakin unik. Banyak yang berbeda dari tempo dulu dan tempo kini. Dari segala aspek sudah berubah. Maka tak heran jika manusia yang lahir tahun 80-an, 90-an, dan 2000-an, sudah berbeda dalam melihat sesuatu. Itulah kehidupan, perbedaan selalu mengikuti. ‘beda’ baru tiada, jika kehidupan itu sendiri sudah tidak ada. So, tempo kapanpun, bersikaplah sebijak mungkin, jagalah hal-hal yang baik yang ada ditempo dulu dan ambillah hal-hal yang baik yang ada ditempo kini.
About Author
Related Posts
- Resensi Film_Karate Kid [by:Atiyatul Mawaddah binti Fauzan]
- CERPEN_I Love Akuntansi
- Esai_“Ketika Fisik Lebih Penting Dari Otak” [by: Atiyatul Mawaddah binti Fauzan]
- Selamat Datang
- Asma Binti Yazid Al Anshariyah
- Puisi_Duka Tak Berujung
- Aku NU Tulen [by: Atiyatul Mawaddah binti Fauzan]
- Cerpen_Kembalilah Kawan
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment