MENU

Memakan Porsi Sendiri



            Hidup itu seperti makan. Percaya? Kita memiliki porsi kehidupan masing-masing. Setiap orang memiliki porsi makan yang berbeda bukan, semuanya tergantung kekuatan daya tampung perut setiap individu. Manusia diciptakan berbeda satu sama lain. Yang sarapan hanya mampu makan salad semangkuk kecil, jangan dipaksa menghabiskan sepiring nasi pecel. Yang biasa makan siangnya menyantap mie ayam porsi jumbo, jangan disuruh menikmati sepotong puding saja. Sama-sama akan merasa tidak pas. Begitu juga dengan hidup.
            Orang-orang yang berada disekitar kita, adalah manusia yang ‘pas’ untuk porsi kita sendiri. Keluarga kita, teman sekolah/ kuliah/ kerja kita, tetangga kita, adalah manusia yang dipilih dan disesuaikan dengan kemampuan kita. Kita mungkin pernah berkata, ‘Kok bisa ya dia sanggup hidup dengan saudara seperti itu’ atau ‘Amit-amit punya sahabat seperti dia, kalau aku nggak mungkin kuat’ dan lain sebagainya. Bukankah sering kita berpikir demikian, namun pada kenyataannya, orang-orang yang kita pikirkan tadi sebenarnya memiliki kekuatan yang lebih dari kita karena porsinya juga berbeda.
            Karakter manusia yang tak sama, menyatukan sebuah harmonisasi perbedaan yang begitu dahsyat. Dan kita tidak seharusnya mengeluh kepada orang-orang disekitar kita yang pemarah, yang heboh, yang cerewet, yang pendiam, yang usil, karena semuanya sama, lalu dimana letak warna kehidupan itu sendiri? Bukankah hidup kita lebih berwarna dengan kehadiran mereka semua? Kalau tidak ada yang pemarah, siapa yang mau menguji kesabaran kita. Kalau tidak ada yang cerewet, siapa yang mau memperhatikan kita. Semuanya sudah sesuai takaran kemampuan kita dan mereka adalah ‘porsi pas’ untuk kita.
            Terkadang, kita pernah menanyakan gimana ya rasanya jadi anak presiden, ribet nggak ya? Sibuk nggak ya? Gimana ya rasanya jadi public figure, diberitakan setiap hari de el el. Sudahlah… tidak perlu bertanya hal seperti itu lagi. Posisi tersebut memiliki porsinya sendiri, teman, kerabat, dan tetangga yang berbeda dengan teman, kerabat, serta tetangga kita sekarang. Mungkin kita tidak sanggup berada diposisi tersebut karena memang bukan porsi kita. Tentu masalah, cobaan, penanganannya juga berbeda. Dimanapun kita, makanlah porsi kita sendiri. Syukuri apapun yang ada dihadapan kita. Makanlah dengan lahap. J Selamat makan J

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes