Home Unlabelled Kisah Guru Baru: Madura-ku Keluar Juga
Kisah Guru Baru: Madura-ku Keluar Juga
Atiya Fauzan November 27, 2013 0
Sudah hampir 1 semester aku berprofesi sebagai guru formal yang mengajar di sekolah. Terserah kalian menyebutku guru baru atau guru agak baru. Yang jelas, aku akan tetap menulis dan bercerita tentang judul yang akan aku bahas kali ini.
Di sekolah-sekolah pada umumnya, pembelajaran selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Atau ada juga yang bilingual (English – Indonesia) bahkan sampai trilingual (English – Indonesia – Arab). Dan aku pun terpaksa menggunakan dua bahasa dalam kelas, yakni Madura – Indonesia. Kenapa?
Kita semua tahu manusia satu berbeda dengan manusia yang lain. Dari segala aspek dan sisi, manusia itu saling berbeda, tak pernah sama persis seutuhnya. Wataknya, bakatnya, dan kemampuannya. Memahami hal itu aku coba mempelajari seisi kelas. Ada yang sudah memahami maksudku tanpa aku jelaskan terlebih dahulu. Ada yang baru paham setelah aku jelaskan. Namun juga ada yang sulit mencerna penjelasanku alias apa yang coba aku uraikan. Berulang kali member pemahaman, berulang kali aku minta penjelasan, hasilnya sama, disconnect. Aku diam dan coba berpikir.
“Bahasa apa yang kamu gunakan sehari-hari?” tanyaku. “Madura buk”. Tepat dihadapannya, di depan mejanya aku berdiri dan menjelaskan menggunakan bahasa Madura (yang memang aku kuasai), penjelasan yang aku fokuskan hanya untuknya. Setelah selesai, aku coba bertanya “Paham?” “Iya buk” “Coba jelaskan” “Bla bla bla … … …” Dia menjawab dengan lancar dan tepat, tak meleset, menggunakan bahasanya sendiri, bukan bahasaku apalagi bahasa buku.
Jadi, menurutku tak ada salahnya menggunakan bahasa diluar bahasa Indonesia. Mau menggunakan bahasa Madura, jawa, betawi, sunda, de el el, yang terpenting pesan tersampaikan dengan jelas dan komunikan paham dengan penyampaian dari komunikator. Apapun bahasamu, yang penting nyambung aja. Apapun bahasamu, yang penting bahasa cinta (bahasa yang memiliki pesan baik untuk komunikannya). Apapun bahasamu, kita tetap satu jua.
About Author
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment