MENU

Malam Pertama



            Inilah tentang segala malam pertama dalam hidupku:
Malam pertama di dunia: aku tak sadar seperti apa warna lampu rumahku ketika itu, aku hanya tahu, hari rabu 3 juni 1992 tepat ba’da maghrib, aku meninggalkan rahim ibuku. Aku juga tak paham, siapa saja yang menggendong dan menyambut kelahiranku. Malam itu, untuk pertama kalinya aku tidur di atas kasur dan menghirup oksigen. Andai aku ingat, aku ingin tahu seperti apa senyum ayah dan ibuku ketika itu. Aku ingin tahu siapa saja yang telah aku buat tidurnya tak nyenyak. Aku ingin tahu seperti apa nyamuk yang mengigitku untuk pertama kalinya.
Malam pertama di kereta dan jakarta: liburan pertama yang aku ingat adalah ketika se keluarga besar kakekku liburan ke jakarta. Aku lupa tahun berapa, yang jelas waktu itu aku masih sangat mungil, sekitar kelas 2 SD. Satu gerbong full diisi oleh saudara-saudaraku. Tidur dalam kereta beralaskan selimut dengan ditemani kulit kacang yang aku cemil. Aku masih sangat ingat, ibuku masih super sehat, karena aku masih digendongnya. Malam itu, aku masih bisa merasakan bahagianya aku saat itu. Semua keluargaku komplit, sekomplit-komplitnya. Paman-pamanku, bibi-bibiku, sepupu-sepupuku, semuanya. Malam yang indah bagi anak kecil sepertiku kala itu. Kelengkapan.
Malam pertama di pesantren. 3 juli 2003, aku berangkat ke sebuah pondok pesantren. Diusiaku yang ke-11 aku sudah harus hidup mandiri dan jauh dari rumah. Malam itu begitu mencekam, seperti malam terakhir untuk hidup. Tak ada pelukan ibu, dan aku hanya beralaskan karpet dengan satu bantal. Berdesak-desakan tidur dengan orang asing? Senior juga, kalian bisa bayangkan sendiri. Semuanya berubah, wangi kamar, warna tembok, bentuk bantal, 180 derajat berbeda. Anak 11 tahun beradaptasi dengan semua itu? Aku merasa malam itu akan menjadi malam yang sangat panjang. aku juga merasa bahwa pagi tak akan pernah datang. Aku memang tak tahu rasanya bermalam di bui, tapi saat itu aku merasakan kesuraman malam yang dibatasi oleh tembok bisu. Seperti inikah malam di bui?
Malam pertama di luar kota dan jauh dari keluarga. Sekitar pertengahan tahun 2009, aku mencoba mendaftarkan diri di SNMPTN di UIN Malang. Namun, sepertinya takdirku tak kesana, hari itu aku kemalingan, SKHU+HP+UANG+DLL hilang tanpa bekas. Alhasil aku harus bermalam di asrama putri kampus setempat, sekamar dengan sahabat kakak sepupuku. Dikamar yang cukup luas dengan kasur mini, jauh dari keluarga, memikul masalah besar, sungguh aku galau malam itu. Aku masih hafal cahaya bulan yang menemani keterjagaanku malam itu. Waktuku seperti berhenti, seakan-akan masa depan itu tak akan pernah ada.
Malam pertama di kota jember. Tetap di tahun 2009, aku berada di kota suwar-suwir Jember. Aku memiliki misi untuk menimba ilmu. Tempat baru, usia baru, fase hidup baru, lingkungan baru, membuat tidurku janggal malam itu. Aku tidak menyangka bahwa aku akan sampai pada malam itu, malam pertamaku merebahkan diri di bumi Jember hingga beberapa tahun kedepan ternyata. Untuk tepatnya, aku tidak tahu akan berapa tahun lagi. Sampai malam tahun ini atau sampai malam-malam selanjutnya dan selamanya. Aku tak tahu, namun malam di Kota Jember lah malam terpanjang kedua yang aku lalui setelah kota Probolinggo.
Malam pertama menginap di hotel. Karena sebuah seminar, aku bisa menginap di hotel. Kamar hotel yang  jelas lebih indah dari kamarku, namun tak lebih nyaman, tetap melancarkan kantukku di atas sebuah kasur empuk. Kelelahan yang mendera sehari itu, mendukung si kantuk untuk lebih pulas di bawah temaram lampu. Dan baru aku sadari, dimanapun tempatnya, rasa tidur itu sama saja ketika kantuk menyerang. Kamar mewah ataupun bukan, sama saja, yang penting ‘ngantuk’ lalu ‘baca do’a’ ya selesai. Tidur ya begitu saja.

1 comment :

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes