Lebih Nyaman Menjadi Diri Sendiri
Apa enaknya dengan tidak menjadi diri sendiri? Melelahkan, membosankan, menjenuhkan, menyiksa lahir batin dan kepahitan-kepahitan lainnya. Inilah aku, aku ya aku. Tapi yang perlu diingat kebebasan menjadi diri sendiri juga memiliki batasan dengan nilai agama, nilai adat, nilai bangsa, dkk. Diluar itu, dengan menjadi orang lain atau merubah apa yang ada pada diri kita, rasanya tidak nyaman seratus persen. Dan pada akhirnya kita mengerti bahwa diri kita begitu mengasyikkan. Inilah pengalaman yang aku alami berkaitan dengan tulisan ini.
Memasuki dunia kerja sebagai guru muda, karena antara aku dan muridku memiliki perbedaan usia yang sedikit, yakni 2 tahun. (Aku 1992, mereka 1994/1995). Membuat otakku berpikir untuk merubah penampilan agar perbedaan itu semakin jauh. Menurutku, menggunakan hijab paris atau hijab masuk-an terlihat lebih muda. Dan dengan menggunakan hijab pasmina yang lebih ribet akan membuat tampilanku lebih dewasa. Alhasil, aku mencobanya (pasmina-red). Beberapa saat, aku merasa kurang nyaman. Dan pada akhirnya aku kembali ke asal. Dan mulai mengoleksi si hijab cute Rabbani. Dan apa yang aku rasakan? Lebih enak, lebih nyaman, lebih asyik, lebih santai, lebih baik, dan lebih lebih yang lain. Menjadi orang yang serius? Tentu aku bisa, tapi tidak untuk 24 jam. Yah...karena aku suka komedi, humor, dan kelucuan alami/buatan. Maka tak heran aku akan selalu tersenyum sederhana bahkan sampai tersenyum merekah jika ada sedikit atau banyak kelucuan yang terjadi. Itulah aku, tidak bisa menahan tawa. Menjadi orang lain dengan jaim tanpa senyum? Oh...aku tidak bisa. Aku sudah mencobanya, tapi aku tidak bisa. Dan aku membiarkan semua inderaku untuk menikmati segala komedi yang dibalut dalam bentuk apapun. Tersenyumlah dan tertawalah selama tidak mematikan hati. Dan detik akan lebih indah jika diselingi dengan humor. Maka tak heran jika aku suka membaca karya Raditya Dika dan menonton Stand Up Comedy. Aku ya aku.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment