Home Unlabelled Percakapan Faruq - Jalela
Percakapan Faruq - Jalela
Atiya Fauzan September 04, 2013 0
Percakapan Faruq – Jalela
Faruq – Jalela adalah sepasang suami istri yang telah mengarungi bahtera rumah tangga selama 21 tahun. Beliau berdua adalah tokoh fiktif yang berputar-putar dalam pikiranku, nama beliau menggelinding dalam syarafku. Aku tak tahu, adakah yang mengembari cinta beliau berdua di dunia ini? Aku juga tak paham siapa gerangan? Faruq – Jalela, sepasang nama yang aku ukir dalam sebuah cerita pendek yang berencana panjang. Berikut kutipan percakapan antara Faruq – Jalela:
Dalam balutan hawa yang teramat dingin, mereka berhadapan, duduk di atas sajadah masing-masing. Setetes sisa air wudhu masih menggantung di bulu mata Jalela. Faruq memandang sayu ke retina sang istri, rambutnya masih basah oleh air. Kopyahnya ia geletakkan begitu saja. Tahajud itu, menjadi tahajud ke-7.686 bagi mereka berdua.
“Bi... detik masih saja hening ya” ucap Jalela membuka obrolan
“Pantaskah mama mengeluh demikian? Tanpa detakan jarum jam, kita masih bisa melalui waktu” balas Faruq
“Maaf bi, atas keluhan yang mengingkari nikmat. Mama baru menyadari, bahwa ada lonceng yang menggema dan meriuhkan rumah ini”
“Maksud mama, abi?”
Jalela hanya tersenyum dan mengangguk anggun.
“Oh ya ma, abi mengharapkan sebuah jawaban dari mama”
“Atas pertanyaan apa bi?”
“Jika mata abi buta, apa respon mama?”
“Mama akan menjadi penunjuk arah bagi abi, akan mama ceritakan novel yang ingin abi baca, akan mama jelaskan visual dari sebuah berita yang abi dengarkan”
“Jika abi bisu?”
“Mama akan sampaikan suara hati abi pada dunia, akan mama dengarkan pada semua tentang ide, pendapat dan pemikiran abi”
“Jika abi tuli?”
“Mama yang akan merekam semua audio yang ingin abi dengar, mama akan les privat bahasa isyarat agar bisa menyampaikan pesan audio dunia pada abi”
“Jika kedua tangan abi buntung?”
“Mama yang akan menuangkan gula pada kopi abi, mama yang akan memegangkan buku yang ingin dibaca abi, mama yang akan menyisirkan rambut abi, mama yang akan menemani masa abi, agar mama bisa meminjamkan kedua tangan yang masih mama miliki”
“Jika kedua kaki abi buntung?”
“Mama akan berikan tenaga mama untuk mendorong kursi roda yang abi gunakan, akan mama bawa abi ke tempat yang abi impikan, abi akan selalu diikuti oleh langkah mama yang tepat berada dibelakang raga abi”
“Jika nafas abi berhenti?”
“Akan mama jaga nama baik abi, harta abi, dan karya-karya abi”
“...”
“Jika mama masih belum bisa memberikan keturunan pada abi, apa respon abi?””
“Abi kan sudah bilang, tanpa detakan detikpun, kita bisa melalui hari sepanjang tahun. Meski detik itu menjadi pelengkap, bukankah sudah ada dua lonceng dirumah ini? Dan jika mama ajukan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang telah abi ajukan tadi, abi tak perlu menjawab, karena abi akan melakukan apa yang akan mama lakukan”
###bersambung###
*Ruang Guru, 05/09/2013 12:38 WIB
About Author
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment