MENU

3 Jam Di Lapas Jember

Jum’at pagi aku bersiap melangkahkan kaki ke jalan jumat no.94 mangli, tempat kampusku bertengger. Terlihat kesibukan beberapa dosen di pelataran kampus. Pukul 07.30 WIB, kami (rombongan STAIN Jember) harus tiba di lapas yang tepat berada di depan alun-alun kota Jember. Hari ini ada agenda memperingati Isra’ Mi’raj bersama seluruh narapidana dengan acara inti ceramah agama yang disampaikan oleh Dr.KH.Abdullah Syamsul Arifin.M.HI. Aku dan rekan sejurusanku diberi tanggung jawab untuk menjadi pembawa acara alias MC.
            Pengalaman pertama bagiku, memasuki lapas dan berhadapan dengan ratusan narapidana. Ada airmata yang tertahan melihat semua yang terlihat oleh retinaku. Kamar yang pengap dengan terali besi ganda, yang biasa disebut dengan ‘sel tikus’ aku lihat tanpa sekat. Melewati blok anak-anak, keheranan dan ibaku membuncah. Mereka seperti adik kelasku, seperti adik sepupuku, seperti tetanggaku, masih dalam masa sekolah, namun mereka harus hidup dalam dekapan dinginnya tembok penjara. Rindukah mereka pada pelukan sang ibu? Aku kira pasti. Tangan muda mereka harus mengenggam jeruji besi, sungguh aku hanya bisa terdiam.
            Memasuki aula kosong, aku hanya bisa menguatkan diri membendung pertanyaan yang membludak. Lima menit berselang, para narapidana memasuki aula dengan teratur dan rapi. Shaf yang mencengangkan, begitu lurus tanpa kerumitan. Kedisiplinan mereka menghenyakkan kami. Selanjutnya, ada ratusan pasang mata yang menatap ke arah kami. Aku hanya menunduk dan bersiap membuka acara pengajian pada pagi itu. Ada serbuan tepuk tangan tanpa kepalsuan. Terima kasih telah mengikuti acara dengan baik.
            Aku pulang dengan oleh-oleh. Ada banyak hikmah, pelajaran, dan pengalaman yang aku petik. Ada banyak cerita juga yang aku dengar, siswa SMP kelas VIII yang ‘ikut-ikutan teman’ untuk merampok dan akhirnya tertangkap, mahasiswa semester muda yang menggunakan narkoba dan ia menyenandungkan syair indah pada acara pagi itu, ibu muda yang tersandung kasus pidana gara-gara memukul selingkuhan sang suami, pemuda bermasalah dengan pernikahan keduanya karena si istri kedua masih dibawah umur 18 tahun, dan masih banyak lagi.
            Melihat mereka, aku merasa tidak ada yang berbeda, dugaanku ternyata tak sama dengan kenyataan di lapangan. Mata kasarku menangkap tiga hal dari mereka, yakni penyesalan, kedisiplinan, dan kerukunan. Pagi yang bermakna bagiku, berbaur dengan banyak narapidana pria yang terlihat bijak dengan sarung, baju koko, dan kopyah mereka masing-masing. Dan para narapidana wanita terlihat anggun dengan hijab yang menghiasi kepala mereka. “Semoga hati tak kalah bersih dari penampilan luar kita dan semoga kita selalu mendapatkan nikmat iman dan sehat”. Aku ingin menitip pesan untuk mereka, orang baik itu bukan orang yang tidak memiliki salah atau dosa, tapi orang baik itu adalah orang yang memiliki kesalahan dan mau memperbaikinya. Aku punya dosa, kalian punya dosa, mereka punya dosa, kamu punya dosa, dia juga punya dosa. Mudah-mudahan acara pagi itu memberi manfaat yang besar untuk kita semua dan mampu membuka hati kita untuk selalu ingat, selalu niat, dan selalu bersemangat dalam menjalankan perintah Allah SWT. (Smile Don’t Cry)

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes