MENU

Ayah Dalam Jebakan Lampu

            Dalam jebakan lampu merah, aku menumakan obyek yang begitu sama namun berbeda. Menyandang status yang serupa namun tak sama. Ayah 1, tersandar dalam mobil berlambang kuda, kulitnya diterpa dinginnya Air Condition, matanya sayup tergoda oleh kantuk yang melanda, tak ada keringat yang hinggap, wajahnya begitu bersih dengan sebuah kerutan dan seutas ketegangan. Ayah 2, duduk setengah membungkuk diatas sepeda roda dua tanpa mesinnya, kulitnya disengat oleh terik, matanya berbinar penuh harapan, bajunya basah kuyup oleh keringat, wajahnya dipekatkan oleh sang surya, sunggingan senyum ia simpan dalam kesendiriannya, sandal lecek tepat berada diatas pedal yang siap ia kayuh.
            Aku terus mengamati dan merenungkannya. Ayah 1, sibuk dengan tiga buah smartphonenya, beberapa kali membetulkan letak kacamatanya. Ayah 2, sibuk memegang bungkusan yang tak tahu apa, sesekali mengusap kening yang dibanjiri keringat. Mereka sama-sama seorang ayah. Mereka adalah kepala keluarga yang memiliki tanggungjawab yang tak berbeda. Ayah 1 mengenakan setelan jas rapi dengan dasi yang memanjang, matanya terus-menerus melirik ke arah arloji mahalnya, begitu gelisah diburu waktu. Ayah 2 tegap mengenakan kaos oblong bekas pilkada beberapa tahun lalu, retinanya tak lepas dari lampu merah yang terasa memperlambat diri, ia seakan dikejar janji.
            Mereka sama. Mereka adalah seorang ayah, yang keluar rumah untuk dua kata, ‘mencari nafkah’. Aku berusaha terlepas dari dua obyek yang sedari tadi aku amati, ternyata begitu banyak ayah disekitarku. Mereka sama-sama menanti lampu berubah menjadi warna hijau, mereka ingin bersegera memacu kendaraannya masing-masing, mereka hanya ingin melihat istri dan anak-anak mereka tersenyum bahagia, mereka begitu berharap putra-putrinya lebih baik dari saat ini, mereka tak ingin membuat tong beras menjadi kosong, mereka tak mau melihat keturunannya melepas buku, mereka ingin banyak memberi dan sedikit meminta, mereka terlalu hebat bagiku, dan hanya ada satu kalimat yang terbesit “Selamat berjuang para ayah”.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes