Saya Tidak Terbiasa Mengenakan Topeng Kehidupan

Jujur, saya tidak bisa mengenakan topeng kehidupan. Jika memang suka, otomatis tubuh saya akan memberi tanda-tanda bahwa ia tertarik dan suka. Jika tidak suka, maka akan muncul reaksi ketidaksukaan.

Sadar memiliki kebiasaan yang demikian, maka saya memilih diam atau menghindar ketika bertemu dengan orang yang tak diinginkan hati, khawatir gesture tubuh terbaca, dan akan ada orang yang tersinggung.

Karena pada dasarnya kita tidak bisa dalam satu waktu mencintai atau menyukai seluruh umat manusia. Boleh jadi, hati kita menyukai si A yang memiliki pribadi yang baik, esok harinya ia tertangkap korupsi uang negara triliyunan rupiah, maka kita akan membencinya, esoknya lagi ia bertaubat, dan kita kembali menyukainya.

Begitu pun dengan hati yang saya miliki. Menyukai yang disukai, membenci yang dibenci. Jika saya diberi perintah untuk mengenakan topeng kehidupan, pura-pura manis di depan - ghibah habis-habisan di belakang, rajin memuji di depan - suka memaki di belakang, MAAF SAYA TIDAK BISA DAN TIDAK TERBIASA.

Mungkin ini kelemahan, saya tidak bisa menyembunyikan perasaan, berakting atau berpura-pura, bukan keahlian pribadi saya. Jika memang suka, saya katakan suka. Jika memang tidak, saya katakan tidak.

Bertopeng dan bersembunyi dibalik fakta, saya tidak bisa. Jika memang ada manusia yang tidak disukai oleh hati, saya tidak bisa berlagak sok baik sok bersahabat sok bersaudara, lebih baik saya diam atau menghindar.

Jangan tiru saya, yang tidak menyukai manusia antagonis dalam kehidupan nyata ataupun fiksi (ketika menonton drama/film, saya selalu tidak peduli dengan tokoh antagonis). Begitu jugakah dengan kalian?

Sekali lagi, maaf saya tidak bisa akting atau berpura-pura. Ketika gesture tubuh bicara, itulah faktanya. Begitulah kelemahan saya.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes