Pria Sejati Akan Memilih Diam Ketika Marah (Bukan Mengeluarkan Kata Kasar atau Main Tangan)

Dalam kehidupan rumah tangga, mustahil tidak terjadi perbedaan serta pertengkaran, semua pasangan suami istri pasti pernah mengalaminya. Entah pertengkaran kecil atau pertengkaran hebat.

Dan dalam perjalananku mengarungi bahtera rumah tangga bersama suamiku tercinta #AbiOyon, kami pun pernah mencicipi apa itu 'pertengkaran'.

Yap, meski usia pernikahan masih sangatlah muda (1 tahun 2 bulan 6 hari) perbedaan diantara kami mulai terkuak. Aku sukanya apa, bencinya apa, suami sukanya apa, bencinya, sudah mulai dihafal dan dipahami.

Diantara semua pertengkaran dalam perbedaan yang ada, tidak pernah sekalipun dia (suamiku-red) mencaci, memaki, atau berucap kasar, apalagi menyentuh kulitku (memukul-red) sama sekali tidak pernah.

Aku sebagai wanita yang lebih melampiaskan amarah dalam kata, sedangkan suamiku hanya diam seribu bahasa dalam tidur tak lelapnya. Selang beberapa menit kemudian, dia akan memelukku, meminta maaf atau memintaku untuk mengucapkan maaf.

Sesederhana itu sebuah pertengkaran. Sejatinya bisa diredam jika ada satu pihak saja yang mengalah. Karena tak ada api yang tak padam oleh air. Aku pun begitu, marah, lalu dengan diamnya suamiku, amarahku sirna dan kembali jatuh hati padanya, lebih dahsyat dan jauh lebih hebat.

Bukankah tidak ada pertengkaran yang tidak bisa diselesaikan? Kuncinya hanya satu kata, yakni 'maaf'. Jika bukan karena cinta dan maaf, tidak ada yang sanggup menjadi 'suami' dan tidak ada yang sanggup menjadi 'istri'. Karena manusia dipenuhi kekurangan dan kekhilafan.

Jadi, jangan pernah mau menuruti kemauan setan, ayo kita lawan !!!

(Terima kasih suamiku, telah mengajariku untuk diam ketika melawan setan)

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes