Luwuk Banggai: Pesona Kebanggaan Indonesia


Sebelum bercerita tentang Luwuk Banggai, aku ceritakan dulu kenapa ikut serta dalam lomba menulis blog Bangga di Banggai ini. Alasanku mengetahui tentang ke-eksotikan wisata Luwuk Banggai, definisi kenikmatan kuliner Luwuk Banggai, dan sejarah penuh arti Luwuk Banggai, membuat aku ingin bercerita pada dunia bahwa Indonesia memiliki pesona yang sarat akan kebanggaan, yakni Luwuk Banggai. Itulah alasan keduaku mengikuti lomba blog ini. Sedangkan alasan utamanya adalah aku menginginkan hadiahnya, yakni menjelajahi Luwuk Banggai. Menjadi sebuah impian bagiku, untuk menikmati jengkal demi jengkal dari Luwuk Banggai, tak hanya dari cerita mulut ke mulut, tapi menikmatinya secara nyata. Dan akhirnya aku bisa bercerita lebih banyak tentang Luwuk Banggai. Berwisata dan berkuliner di Luwuk Banggai? I want it.

Luwuk Banggai dan Keindahan Wisatanya
Luwuk merupakan ibu kota dari Kabupaten Banggai yang terletak di timur Propinsi Sulawesi Tengah yang berjarak kurang lebih 610 km dari Kota Palu. Kota yang mempunyai motto “Luwuk Berair” (Bersih-Aman-Indah-Rapi) ini dianugerahi keadaan geografis yang menakjubkan. Sedikit dataran rendah yang terdapat di bibir pantai menjadi sentra kota, pemerintahan, dan pemukiman penduduk. Sedangkan tak jauh di belakang kota adalah dataran tinggi yang hijau dan subur. Maka tak heran jika Kota Luwuk mampu memanjakan setiap mata orang yang singgah. Hebatnya, tak hanya itu kecantikan pesona wisata Luwuk Banggai, ada begitu banyak tempat yang begitu sayang jika dilewatkan. Diantaranya:

Air Terjun Mini Tontouan
Obyek wisatan ini memiliki daya tarik yang mempesona karena berada di lembah yang diapit oleh 2 gunung, dan dataran tingginya dipenuhi oleh tanaman jagung, pisang, pepaya, sayur-mayur milik masyarakat setempat. Eksotik.
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhP2P3dxaIyluhSCnNBBIwLTUuxx03-m1N7hUx4QXZoruCwr8lMAxtTg0HspCG0rmm8RYcflsgSlCgGY-vVavZsCTjCCjw7JBACm7Fb0hGqYnVh2kdc93ENWIB_mv5NRvI1r9XxmocgT7g/s1600/TONTUAN.jpg
Air Terjun Salodik
Dengan biaya masuk yang terjangkau, kita sudah bisa menikmati wisata Air Terjun Salodik yang merupakan salah satu wisata populer di kalangan masyarakat Kota Luwuk. Pengunjung akan disuguhi segarnya air pegunungan yang istimewa. Susunannya bertingkat-tingkat serta memiliki tingkat kedalaman yang aman. Selain itu, batu alam di Air Terjun Salodik tidak licin meskipun dilewati air. Keren kan?
Sumber: https://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/07/d9/ed/ff/air-terjun-salodik.jpg
Pantai Kilo Lima
Di pantai ini, kita bisa bersampan, berenang, dan berselancar. Pantai Kilo Lima menawarkan pemandangan laut yang khas, yang juga dilengkapi dengan deretan kios, kafe, dan rumah makan dalam bentuk rumah panggung. Jaraknya yang begitu dekat dengan kota membuat pantai yang satu ini selalu ramai didatangi para pengunjung. Luar biasa!
Sumber: http://news.luwukpost.info/wp-content/uploads/2015/04/KILO-LIMA-4-660x330.jpg
Teluk Lalong
Teluk Lalong merupakan tempat yang tepat untuk menikmati Kota Luwuk. Letaknya yang berada di pusat kota membuat teluk memiliki jarak yang dekat dengan Masjid Agung Luwuk, kantor DPRD Luwuk, dan beberapa bangunan lainnya. Di teluk ini, semuanya terlihat sangat bersih dan tertata rapi. Di pagi hari, pengunjung bisa melakukan aktivitas jalan-jalan pagi ditemani indahnya suasana pagi Teluk Lalong. Sedangkan di malam hari, pengunjung bisa memilih untuk santai di kafe yang berderet di sepanjang teluk sembari menikmati secangkir Saraba (minuman khas Luwuk) dan pisang goreng. Nikmat.

Kuliner Khas Luwuk Banggai
Milu Siram merupakan makanan khas Luwuk Banggai. Rasanya belum lengkap jika berkunjung ke Luwuk Banggai namun belum mencicipi kuliner yang satu ini. Milu Siram memiliki bahan utama berupa jagung yang dipipil (lebih enak jika menggunakan jagung muda, karena lebih lunak). Dan untuk memberi rasa gurih biasanya menggunakan bahan tambahan lainnya seperti ikan tuna, tongkol atau udang. Tidak lupa daun kemangi sebagai penambah aroma, daun bawang serta bawang goreng sebagai taburan, irisan cabai rawit untuk memberi rasa pedas, dan perasan jeruk nipis sebagai sentuhan terakhir yang akan membuat asam segarnya makin terasa. Milu Siram yang kaya akan rasa (manis, asam, asin, pedas) mampu memikat lidah penikmatnya untuk merasakan ketagihan yang luas biasa.
Sumber: http://estrellahotel.id/wp-content/uploads/2016/07/milu_siram.jpg
Tak hanya itu kekayaan kuliner Luwuk Banggai, ada juga Kaledo atau Kaki Lembu Donggala yang begitu menggiurkan. Dengan sajian daging yang besar, ditambah sumsum yang disedot menggunakan serutan, dan dilengkapi dengan bumbu yang sedap plus nasi hangat. Biuuuh, jangan tanya rasanya. Pecah nikmatnya, begitu menggoyang lidah.
Sumber: https://bukanrastaman.files.wordpress.com/2016/05/jakarta-1-of-1-5.jpg?w=700
Jadi, jangan lupa mencicipi Milu Siram dan Kaledo jika berkunjung ke Luwuk Banggai. Karena, tanpa keduanya perjalanan ke Luwuk Banggai serasa kurang sempurna. Oh iya, jangan lupa juga untuk merasakan sensasi secangkir Saraba (minuman khas Luwuk).

Sejarah Kota Luwuk
Tahun 1726, di wilayah Pegunungan pesisir Pulau Sulawesi Tengah Bagian Timur, terdapat sebuah masyarakat, yang telah membentuk persekutuan dengan nama KELEKE, dengan wilayah kekuasaan, Keles, Tandos, Mankin Piala, Tontoan, pemimpimnya dikenal sebagai Bosanyo Keleke (pembesar Keleke), masuk dalam wilayah kekuasaan kerajaan Banggai.
Tahun 1791, masyarakat Keleke mengembangkan wilayah perkampungannya, di tepi pantai, dan mereka berkebun, bercocok-tanam, sambil mereka memancing di laut. Bosanyo Keleke Sula, kemudian menamakan tempat perkampungan baru ini, dengan nama LUWOK.
Secara etimologi, Luwok, dari asal kata Huk, artinya TELUK, karena memang bentuknya seperti Teluk. Luwok, dalam perkembangannya menjadi pusat perdagangan antara Bangsa Cina, Portugis, Spanyol, Belanda, Arab, Bugis, Makassar, Buton, Jawa, Filipina, Maluku.
Tahun 1880, warga Keleke yang kawin-mengawin dengan warga Mangkin Piala, serta suku Bugis-Makassar, kemudian membentuk perkampungan baru, yaitu Kampung Dongkalan, Kampung Jole dan Kampung Simpoung.
Tahun 1901, Luwok menjadi nama perkampungan diadobsi oleh warga Dongkalan, yang kemudian menggantikan nama kampung mereka bernama LUWOK. Kepala Kampung Luwok pertama H.Kailo, kemudian mengumpulkan saudara-saudaranya dari kampung Soho, kampung Jole dan kampung  Simpoung membentuk persekutuan baru dengan nama LUWOK, dan dipimpin oleh Bosanyo pertama H.Kailo, kedua Kalia Makmur, ketiga Sinukun, keempat Ipung Mang, kelima Lamala Lalusu, keenam H.Abdullah Kasim.
Tahun 1907, Luwok kemudian menjadi Pusat Pemerintahan Hindia Belanda dengan nama Afdeling Ooskust van Celebes (Pantai Timur Sulawesi), tempat kedudukan Kepala Afdeling di Luwuk, Staatsblad (lembaran Negara) nomor 367, 1907.
Tahun 1908, Raja Abdurahman menandatangani Korte Verklaring (pelakat pendek) dengan pemerintah Hindia Belanda Kapten AR. Cherissen,  yang isinya Kerajaan Banggai lepas dari Kesultanan Ternate dan mendapat status sebagai wilayah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau zelfbestuurrende landschappen.
Pada 1924, Belanda mengeluarkan lembaran Negara nomor 365, isinya Kekuasaan Sulawesi Tengah di Pusatkan di residen Manade, dan terbagi dua Afdeling, yaitu Afdeling Donggola dan Afdeling Poso. Banggai masuk Onderafdeling, yang berkedudukan di Luwuk.
Tahun 1942, Jepang masuk dan mendarat di Luwuk di bawah Panglima perangnya Miyamoto, kemudian menjadikan Luwuk sebagai Pusat Pemerintahan di wilayah kerajaan Banggai. Pemerintah Jepang membentuk struktur pemerintahan yang mereka sebut, Ken Kanrikan (Afdeling), Bunken Kanrikan (Onderafdeling), Suco (raja), Gunco (Kepala distrik), dan Sonco (Kepala Desa).
Tahun 1945, tepatnya tanggal 15 Agustus, Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu, dan tanggal 17 Agustus 1945 di tahun yang sama Indonesia akhirnya merdeka.
Tahun 1952, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1952, Status Kerajaan Banggai menjadi Swapraja Banggai, dengan Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) raja ke 33 H.Sjoekoeran Aminuddin Amir, dan berkedudukan di Luwuk.
Tahun 1959, lahirlah Undang-Undang Nomor 59 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Dati II di Sulawesi, maka swapraja Banggai menjadi Kabupaten Banggai, dengan Ibu Kotanya di Luwuk, Bupati pertamanya, Bidin.
Luwuk, kemudian diadobsi oleh masyarakat Dongkalan menjadikan Desanya dengan nama Luwuk, yang diresmikan pula menjadi Kelurahan Luwuk sampai saat ini. Luwuk juga menjadi Kecamatan Luwuk, dan juga menjadi nama Kota Luwuk, yang menjadi Ibu kota Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.

#Banggai
#LuwukKotaAksara
#FSB2017


Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes