Home travel Luwuk Banggai: Pesona Kebanggaan Indonesia
Luwuk Banggai: Pesona Kebanggaan Indonesia
Atiya Fauzan March 21, 2017 0
Sebelum bercerita tentang Luwuk Banggai, aku
ceritakan dulu kenapa ikut serta dalam lomba menulis blog Bangga di Banggai ini. Alasanku mengetahui tentang ke-eksotikan wisata Luwuk Banggai, definisi
kenikmatan kuliner Luwuk Banggai, dan sejarah penuh arti Luwuk Banggai, membuat
aku ingin bercerita pada dunia bahwa Indonesia memiliki pesona yang sarat akan
kebanggaan, yakni Luwuk Banggai. Itulah alasan keduaku mengikuti lomba blog
ini. Sedangkan alasan utamanya adalah aku menginginkan hadiahnya, yakni
menjelajahi Luwuk Banggai. Menjadi sebuah impian bagiku, untuk menikmati
jengkal demi jengkal dari Luwuk Banggai, tak hanya dari cerita mulut ke mulut,
tapi menikmatinya secara nyata. Dan akhirnya aku bisa bercerita lebih banyak
tentang Luwuk Banggai. Berwisata dan berkuliner di Luwuk Banggai? I want it.
Luwuk merupakan ibu kota dari Kabupaten Banggai yang terletak di timur Propinsi Sulawesi Tengah yang berjarak kurang lebih 610
km dari Kota Palu. Kota yang mempunyai motto “Luwuk Berair” (Bersih-Aman-Indah-Rapi)
ini dianugerahi keadaan geografis yang menakjubkan. Sedikit dataran rendah yang
terdapat di bibir pantai menjadi sentra kota, pemerintahan, dan pemukiman
penduduk. Sedangkan tak jauh di belakang kota adalah dataran tinggi yang hijau
dan subur. Maka tak heran jika Kota Luwuk mampu memanjakan setiap mata orang
yang singgah. Hebatnya, tak hanya itu kecantikan pesona wisata Luwuk Banggai,
ada begitu banyak tempat yang begitu sayang jika dilewatkan. Diantaranya:
Air Terjun Mini Tontouan
Obyek wisatan ini memiliki daya tarik yang
mempesona karena berada di lembah yang diapit oleh 2 gunung, dan dataran
tingginya dipenuhi oleh tanaman jagung, pisang, pepaya, sayur-mayur milik masyarakat
setempat. Eksotik.
Dengan biaya masuk yang terjangkau, kita sudah
bisa menikmati wisata Air Terjun Salodik yang merupakan salah satu wisata
populer di kalangan masyarakat Kota Luwuk. Pengunjung akan disuguhi segarnya
air pegunungan yang istimewa. Susunannya bertingkat-tingkat serta memiliki
tingkat kedalaman yang aman. Selain itu, batu alam di Air Terjun Salodik tidak
licin meskipun dilewati air. Keren kan?
Sumber: https://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/07/d9/ed/ff/air-terjun-salodik.jpg |
Di pantai ini, kita bisa bersampan, berenang, dan
berselancar. Pantai Kilo Lima menawarkan pemandangan laut yang khas, yang juga
dilengkapi dengan deretan kios, kafe, dan rumah makan dalam bentuk rumah
panggung. Jaraknya yang begitu dekat dengan kota membuat pantai yang satu ini
selalu ramai didatangi para pengunjung. Luar biasa!
Teluk Lalong merupakan tempat yang tepat untuk
menikmati Kota Luwuk. Letaknya yang berada di pusat kota membuat teluk memiliki
jarak yang dekat dengan Masjid Agung Luwuk, kantor DPRD Luwuk, dan beberapa
bangunan lainnya. Di teluk ini, semuanya terlihat sangat bersih dan tertata
rapi. Di pagi hari, pengunjung bisa melakukan aktivitas jalan-jalan pagi
ditemani indahnya suasana pagi Teluk Lalong. Sedangkan di malam hari,
pengunjung bisa memilih untuk santai di kafe yang berderet di sepanjang teluk
sembari menikmati secangkir Saraba (minuman khas Luwuk) dan pisang goreng. Nikmat.
Milu Siram merupakan makanan khas Luwuk Banggai.
Rasanya belum lengkap jika berkunjung ke Luwuk Banggai namun belum mencicipi
kuliner yang satu ini. Milu Siram memiliki bahan utama berupa jagung yang
dipipil (lebih enak jika menggunakan jagung muda, karena lebih lunak). Dan untuk
memberi rasa gurih biasanya menggunakan bahan tambahan lainnya seperti ikan
tuna, tongkol atau udang. Tidak lupa daun kemangi sebagai penambah aroma, daun
bawang serta bawang goreng sebagai taburan, irisan cabai rawit untuk memberi
rasa pedas, dan perasan jeruk nipis sebagai sentuhan terakhir yang akan membuat
asam segarnya makin terasa. Milu Siram yang kaya akan rasa (manis, asam, asin,
pedas) mampu memikat lidah penikmatnya untuk merasakan ketagihan yang luas
biasa.
Sumber: http://estrellahotel.id/wp-content/uploads/2016/07/milu_siram.jpg |
Tak hanya itu kekayaan kuliner Luwuk Banggai, ada
juga Kaledo atau Kaki Lembu Donggala yang begitu menggiurkan. Dengan sajian
daging yang besar, ditambah sumsum yang disedot menggunakan serutan, dan
dilengkapi dengan bumbu yang sedap plus nasi hangat. Biuuuh, jangan tanya
rasanya. Pecah nikmatnya, begitu menggoyang lidah.
Sumber: https://bukanrastaman.files.wordpress.com/2016/05/jakarta-1-of-1-5.jpg?w=700 |
Jadi, jangan lupa mencicipi Milu Siram dan Kaledo
jika berkunjung ke Luwuk Banggai. Karena, tanpa keduanya perjalanan ke Luwuk Banggai serasa kurang sempurna. Oh iya, jangan lupa juga untuk merasakan
sensasi secangkir Saraba (minuman khas Luwuk).
Sejarah Kota Luwuk
Tahun 1726, di wilayah Pegunungan pesisir Pulau
Sulawesi Tengah Bagian Timur, terdapat sebuah masyarakat, yang telah membentuk
persekutuan dengan nama KELEKE, dengan wilayah kekuasaan, Keles, Tandos, Mankin
Piala, Tontoan, pemimpimnya dikenal sebagai Bosanyo Keleke (pembesar Keleke),
masuk dalam wilayah kekuasaan kerajaan Banggai.
Tahun 1791, masyarakat Keleke mengembangkan
wilayah perkampungannya, di tepi pantai, dan mereka berkebun, bercocok-tanam,
sambil mereka memancing di laut. Bosanyo Keleke Sula, kemudian menamakan tempat
perkampungan baru ini, dengan nama LUWOK.
Secara etimologi, Luwok, dari asal kata Huk,
artinya TELUK, karena memang bentuknya seperti Teluk. Luwok, dalam
perkembangannya menjadi pusat perdagangan antara Bangsa Cina, Portugis,
Spanyol, Belanda, Arab, Bugis, Makassar, Buton, Jawa, Filipina, Maluku.
Tahun 1880, warga Keleke yang kawin-mengawin
dengan warga Mangkin Piala, serta suku Bugis-Makassar, kemudian membentuk
perkampungan baru, yaitu Kampung Dongkalan, Kampung Jole dan Kampung Simpoung.
Tahun 1901, Luwok menjadi nama perkampungan
diadobsi oleh warga Dongkalan, yang kemudian menggantikan nama kampung mereka
bernama LUWOK. Kepala Kampung Luwok pertama H.Kailo, kemudian mengumpulkan
saudara-saudaranya dari kampung Soho, kampung Jole dan kampung Simpoung
membentuk persekutuan baru dengan nama LUWOK, dan dipimpin oleh Bosanyo pertama
H.Kailo, kedua Kalia Makmur, ketiga Sinukun, keempat Ipung Mang, kelima Lamala
Lalusu, keenam H.Abdullah Kasim.
Tahun 1907, Luwok kemudian menjadi Pusat
Pemerintahan Hindia Belanda dengan nama Afdeling Ooskust van Celebes (Pantai
Timur Sulawesi), tempat kedudukan Kepala Afdeling di Luwuk, Staatsblad
(lembaran Negara) nomor 367, 1907.
Tahun 1908, Raja Abdurahman menandatangani Korte
Verklaring (pelakat pendek) dengan pemerintah Hindia Belanda Kapten AR.
Cherissen, yang isinya Kerajaan Banggai lepas dari Kesultanan Ternate dan
mendapat status sebagai wilayah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau
zelfbestuurrende landschappen.
Pada 1924, Belanda mengeluarkan lembaran Negara
nomor 365, isinya Kekuasaan Sulawesi Tengah di Pusatkan di residen Manade, dan
terbagi dua Afdeling, yaitu Afdeling Donggola dan Afdeling Poso. Banggai masuk
Onderafdeling, yang berkedudukan di Luwuk.
Tahun 1942, Jepang masuk dan mendarat di Luwuk di
bawah Panglima perangnya Miyamoto, kemudian menjadikan Luwuk sebagai Pusat
Pemerintahan di wilayah kerajaan Banggai. Pemerintah Jepang membentuk struktur
pemerintahan yang mereka sebut, Ken Kanrikan (Afdeling), Bunken Kanrikan
(Onderafdeling), Suco (raja), Gunco (Kepala distrik), dan Sonco (Kepala Desa).
Tahun 1945, tepatnya tanggal 15 Agustus, Jepang menyerah
tanpa syarat pada Sekutu, dan tanggal 17 Agustus 1945 di tahun yang sama
Indonesia akhirnya merdeka.
Tahun 1952, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 1952, Status Kerajaan Banggai menjadi Swapraja Banggai, dengan Kepala
Pemerintahan Negeri (KPN) raja ke 33 H.Sjoekoeran Aminuddin Amir, dan
berkedudukan di Luwuk.
Tahun 1959, lahirlah Undang-Undang Nomor 59 Tahun
1959 tentang Pembentukan Daerah Dati II di Sulawesi, maka swapraja Banggai menjadi Kabupaten Banggai, dengan Ibu Kotanya di Luwuk, Bupati pertamanya, Bidin.
Luwuk,
kemudian diadobsi oleh masyarakat Dongkalan menjadikan Desanya dengan nama Luwuk, yang diresmikan pula menjadi Kelurahan Luwuk sampai saat ini. Luwuk juga
menjadi Kecamatan Luwuk, dan juga menjadi nama Kota Luwuk, yang menjadi Ibu
kota Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.
#Banggai
#LuwukKotaAksara
#FSB2017
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment