Home cinta Duh, Cintamu Mengalihkan Duniaku
Duh, Cintamu Mengalihkan Duniaku
Atiya Fauzan January 11, 2017 0
Suami. Begitulah statusnya bagiku. Dia datang dengan niat suci menghalalkanku, 2015 silam. Tergolong singkat memang, dia melamarku pada bulan oktober 2015 dan menikahiku pada februari 2016.
Hadirnya dalam kisah-kasih tentang hati menawarkan dan menyuguhkan beribu kekurangan. "Ini kurang saya..." "Itu kurang saya..." ujarnya berkali-kali padaku dan calon mertuanya, ibu. Ah, aku dan ibu tak menggubris sama sekali, selama itu tidak menyinggung hubungannya dengan Allah.
Benar saja, pria yang menyebutkan beribu kekurangannya dalam proses menanti jawaban untuk 'penghalalan' sebenarnya sedang menyimpan jutaan kelebihan. Berbeda dengan yang sudah 'sombong' akan kelebihannya, menampakkan ini itu, sebenarnya ia sedang menyimpan milyaran kekurangan. Benar?
Singkatnya, setelah menjalani rumah tangga bersamanya selama nyaris setahun, rasa cinta, sayang, dan kasihnya mampu mengalihkan duniaku. "Dia suami yang hebat" pendapatku.
Bagaimana tidak, dia selalu mengutamakan kebahagiaanku. Menjadi dokter yang mengobati lukaku, menjadi ustadz yang mencerahkan hatiku, menjadi psikolog yang memotivasiku, menjadi pak tukang yang siap membetulkan ini itu, menjadi koki yang sigap memasakkan hidangan khasnya dikala selera dan tenaga tak bisa dikompromi, menjadi pahlawan yang menjagaku 24 jam penuh, dan menjadi apapun yang aku butuhkan, dia mampu.
Kalau boleh aku bocorkan secuil kelebihannya, dia seperti Alm.Bapak. Selalu mengalah demi seutas senyum di wajahku. Dalam hal makanan, dia selalu mengambil porsi yang kurang diminati dan aku bagian yang enak-enak saja. Dalam hal pekerjaan, dia selalu mengerjakan yang meringankanku dan melelahkannya. Duh, andai saja aku bisa mengeluarkan sertifikat Rekor MURI, maka akan kunobatkan sosoknya sebagai "Suami Terbaik Sepanjang Masa".
Dan meski pribadinya bisa disebut sebagai 'pria kurang romantis' versi indonesia. Yang jauh dari kata kejutan, coklat, bunga, dan sejenisnya. Namun dia bisa dikatakan 'pria romantis' versi korea. Yang rela menungguku berjam-jam, yang selalu menjahiliku dengan canda cintanya, yang menggendongku setiap aku minta, dan intinya perhatiannya itu lho, mampu melelehkan hati yang beku.
Versiku, semua pria itu romantis, hanya caranya saja yang berbeda-beda. Namun, wanita selalu melihat dari kacamata yang sama. Dan berkiblat pada satu hal yang seragam, yakni sinetron dan film. Iya kan?
Meski setahun pernikahan aku tidak pernah menerima bunga mawar darinya, setidaknya sikapnya yang mengayomi dan tidak pernah menyentuh kulitku dalam hal kekerasan -barang secuilpun- itu sudah lebih indah dari bunga apapun di dunia ini.
Semoga engkau sehat selalu suamiku...
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment