Diary Sang Pengantin Baru


01 Januari 2016

Hari pertamaku menyandang status sebagai ‘istri’. Mulai detik kemarin, aku resmi melepas masa lajang, dan melabuhkan hati pada sesosok pria istimewa bernama Adam Bachtiar.

Memiliki seorang suami, yang sekaligus menjadi seorang imam, rasa bahagianya jutaan kali lipat lebih bahagia dari segalanya. Tak terungkapkan. Mungkin aku terlalu cepat memvonis kebahagiaan ini. Memang, baru 24 jam kami halal dimata negara dan agama, tapi rasanya kami akan sanggup menjalani waktu yang berlalu, meski seabad lagi. Aku yakin kami mampu.

Mungkin aku terlihat terlalu sombong atas cinta yang kami miliki berdua, tapi tak hanya kasih, cinta, dan sayang, kami juga menyimpan komitmen diantara puing yang tersusun dalam rumah tangga kami. Di hadapan Allah langsung, kami berjanji sehidup semati menggapai ridhoNYA dan berjalan bersama menuju jannahNYA. Kami berjanji.
Sepertiga malam terakhir paling indah. Karena untuk pertama kalinya, ada sosok asing nan istimewa yang aku lihat pertama kali. Biasanya, pagi tak pernah seindah itu. Melihatnya terlelap lengkap dengan dengkuran halusnya, sungguh hiburan indah dan mempesona bagiku pribadi. Adakah yang lebih indah dari pemandangan pagi itu? Aku rasa tidak.

Membangunkannya dan memintanya untuk turut serta curhat dalam Tahajud, rasanya mengharukan. Air wudhu yang masih menghiasi wajah ‘bangun tidurnya’, sujudnya yang terlihat gagah, suara merdunya melantunkan ayat suci, dan senyum manisnya yang tersungging tatkala melihatku dalam balutan mukena, tepat satu shaf di belakangnya.

Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
Kau membuat diriku
Akan selalu memujamu
Disetiap langkahku
Ku kan selalu memikirkan dirimu
Tak bisa ku bayangkan
Hidupku tanpa cintamu
Janganlah kau tinggalkan diriku
Tak kan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku kau begitu
Sempurnaaa…
(GITA GUTAWA - SEMPURNA)

Pagi di awal pekan, biasanya terlihat sama saja bagiku. Cukup bersiap ke kantor dan berangkat. Entah awal ataupun akhir pekan, sama datarnya hidupku. Namun, pagi itu terlihat begitu berbeda. Aku tiga kali lipat lebih sibuk dari biasanya, namun tidak ada kekesalan atau beban sama sekali. Aku menjalaninya dengan amat bahagia. Bagaimana tidak, ba’da subuh, aku sibuk memasak, menyiapkan sarapan dibantu oleh suami tercinta. Meski lebih pas jika disebut ‘menggangu’ daripada ‘membantu’. Karena suamiku hanya memandangi wajahku, mengusili, dan membantu sekedarnya.

Setelah sarapan siap, kami makan berdua. Di hari pertama, pagi pertama, mulai muncul perbedaan dan perdebatan. Hanya mengenai hal sepele, bentuk piring yang digunakan. Aku dan suamiku memiliki selera yang berbeda, dan kami bertahan pada argument masing-masing. Namun di detik selanjutnya, dia spontan mencium keningku, dan mencoba mengalah. Aku merasa bersalah. Sangat bersalah. Meski menurutku, aku yang benar. Akhirnya aku juga mencoba mengalah. Kami pun saling melempar senyum karena saling mengalah, dan k arena sarapan tak kunjung dimulai.

Setelah sarapan usai, aku mulai menyiapkan keperluanku dan keperluan suami. Setengah jam kemudian, kami sibuk menuju kantor masing-masing. Bersiap menahan rindu selama 8 jam ke depan.

Memandang wajah mu cerah
Membuatku tersenyum senang
Indah dunia
Tentu saja kita pernah
Mengalami perbedaan
Kita lalui
Tapi aku merasa
Jatuh terlalu dalam
Cintamu…
Ku tak akan berubah
Ku tak ingin kau pergi
Selamanya… oh
Ku kan setia menjagamu
Bersama dirimu, dirimu oh
Sampai nanti akan selalu
Bersama dirimu…
(VIERRA - BERSAMAMU)

Rindu di hari pertama kerja pasca menikah, sejenak berpisah dengan suami tercinta, rasanya aku tak pernah memiliki rindu sedalam ini. Ingin waktu segera berlalu dan merangkak pada jam pulang kerja. Namun, menit tak pernah mau diajak kompromi. Hanya bisa memendam dan menahannya. Aku rindu di pandangnya. Aku rindu suaranya. Aku rindu di jahilinya.

Kali ini kusadari
Aku telah jatuh cinta
Dari hatiku terdalam
Sungguh aku cinta padamu
Cintaku bukanlah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki
Dan kamu yang temaniku
Seumur hidupku
Terimalah pengakuanku
Percayalah kepadaku
Semua ini ku lakukan
Karena kamu untukku
(AFGAN – BUKAN CINTA BIASA)

*** bersambung ***

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes