Surat Untuk Calon Imam Hidupku

Engkau. Iya, engkau.
Yang akan menjadi imam hidupku.
Apa kabar?
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aku masih disini mendo’akanmu. Terus memperbaiki diri agar aku layak menjadi makmum dari seorang imam yang sehebat dirimu. Terus belajar agar aku mampu mengimbangi akhlaq muliamu. Jika takdir-NYA seindah ini, apapun keadaanmu, bagaimanapun kamu, kamu tetap imam hidupku. Ikrarmu menerimaku apa adanya, dan ikrarku menerimamu apa adanya, di dunia maupun di akhirat. Karena pada engkaulah, akan aku abdikan seluruh hidupku. Senyummu akan menjadi pahalaku, perintahmu akan menjadi kewajibanku, dan masalahmu akan menjadi masalahku. Maka dengan yakin aku memilih mengenggam tanganmu, untuk mendampingiku dan menuntunku menapaki jalan menuju Jannah-NYA.
Engkau. Iya, engkau.
Yang akan menua bersamaku.
Apa kabar?
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aku tetap menjaga rindu ini untukmu. Tanpa pernah berani untuk merindukan yang lain. Aku hanya akan mengharapkanmu. Tanpa sekalipun memiliki niat untuk berharap pada yang lain. Karena bersamamulah, aku ingin menua. Dan engkaulah yang ingin aku lihat semakin hari semakin menua di sampingku. Menghitung rambutmu yang mulai memutih, mengamati wajahmu yang mulai keriput, dan saling mengingatkan saat kita mulai terserang ‘pikun’. Menghabiskan waktu dari detik ke detik, menit ke menit, hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun untuk semakin dekat pada-NYA dan meraih ridho-NYA. Tentu dengan segala lebihmu, kurangmu, lebihku, dan kurangku. Yang akan terus kita pelajari, maklumi, dan syukuri.
Engkau. Iya, engkau.
Yang akan menjadi teman hidupku.
Apa kabar?
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aku akan tetap menunggumu disini hingga engkau menjemputku nanti. Maka sampai hari itu tiba, biarkan aku belajar cara menjadi teman hidup yang ‘asyik’. Karena teruntuk sosok istimewa dalam sederhana seperti engkau, aku rela mempelajari segalanya. Agar mampu menjadi peretas gundahmu, agar bisa menjadi pembawa sejukmu, dan agar tahu menjadi pemanja rasamu. Bagiku, didekatmu aku lebih tenang dan bersamamu jalan lebih terang. Jika hari itu tiba aku akan mengiyakan kalimatmu yang berbunyi, “tetaplah bersamaku, jadi teman hidupku, berdua kita hadapi dunia, kau milikku ku milikmu, kita satukan tuju, bersama arungi derasnya waktu.”
Engkau. Iya, engkau.
Yang akan menjadi ayah dari anak-anakku.
Apa kabar?
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aku akan terus berjuang memberi yang terbaik meski nanti ‘aku’ dan ‘engkau’ menjadi ‘kita’. Aku sudah tahu bagaimana kita tercipta, lantas berada dalam scene yang sama, dan ditakdirkan bersua. Indah, bagiku. Tapi masih tetap menjadi rahasia bagaimana akhirnya, akan bahagia atau sebaliknya. Tapi, satu hal yang membuatku yakin memilihmu meski tidak tahu bagaimana esokku bersamamu, karena Allah memberiku cinta yang ditujukan kepadamu. Aku mendo’akan kebaikanmu dan aku meyakini esokku baik denganmu. Dan orang hebat pernah berkata padaku, “mendidik anak itu bukan sejak dalam kandungan atau sejak kecil, tapi sejak sang Ibu memilih calon Ayah untuknya.”  Itulah salah satu inginku, mendengar anak-anakku berbisik lembut ditelingaku, “terima kasih Ibu, sudah memilihkan Ayah yang hebat untukku.” Dan aku yakin, engkau mampu. Insya Allah.

***Tulisan ini akan diikutkan dalam salah satu kompetisi menulis tapi BELUM DICOBA. ^_^

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes