Home inspiratif Bertengkarlah Dengan Indah
Bertengkarlah Dengan Indah
Atiya Fauzan September 06, 2015 0
Tidak ada manusia yang sempurna
Manusia, tercipta dilengkapi dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jika kita mencari teman terbaik yang sempurna dalam segala hal, maka kita tidak akan pernah menemukannya. Mau dikelilingi pun dunia ini, satu saja yang sempurna luar dalam, depan belakang, tidak ada. Karena selain manusia tercipta berbeda satu sama lain, manusia juga sudah paten menjadi tempat salah dan khilaf.
Antara manusia, sudah bisa dipastikan bahwa memiliki perbedaan fisik maupun psikis. Kondisi fisik begitu tampak dan terlihat mata, yang bisa membuat perbedaan besar antara yang satu dengan yang lain. Yang bisa digolongkan berdasarkan bentuk anggota tubuh, warna, dan ukuran. Dan untuk masalah kondisi psikologis yang memang secara aktif sangat berpengaruh pada cara memahami, berbuat, dan merespons sesuatu, menjadi perbedaan lain yang perlu diperhatikan lebih.
Sudah menjadi hal umum, diantara kita terjadi perbedaan cara berpikir, perbedaan seni berkomunikasi, perbedaan cara mengambil keputusan, perbedaan dalam menanggapi permasalahan, dan perbedaan psikis lainnya. Kekomplitan satu paket dari manusia ini, fisik dan psikis, menjadikan tidak mungkin untuk bisa menemukan manusia yang sempurna dalam keduanya.
Pertengkaran itu wajar
Ketika kita menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa interaksi, tentu kita yang berhubungan dengan manusia lain mencoba sebisa mungkin untuk membangun hubungan baik. Namun, ketika menjalani kehidupan yang sebenarnya, ternyata kita menemukan banyak kerikil kecil yang menghadang langkah untuk berjalan di dunia ini. Maka menghadapi kerikil itu (perbedaan/ masalah) menjadi hal wajar jika membuahkan perselisihan. Sudah wajar, jika dengan teman baik sekalipun kita pernah bertengkar. Karena banyak penelitian telah membuktikan bahwa pertengkaran, secara umum, lebih baik dibandingkan memendam rasa amarah.
Maka mustahil jika ada seseorang yang mengatakan, “aku tidak pernah bertengkar dengan siapapun”. Perselisihan dan pertengkaran memang merupakan hal yang wajar. Dan dari hal tersebut melahirkan satu kata, ‘amarah’. Semua orang tidak pernah dilarang untuk marah. Tetapi, setiap orang diperintahkan untuk mengendalikan amarahnya agar tidak sampai menimbulkan efek negatif.
Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridhai. Sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridhai” (HR. Ahmad)
Abu Hurairah berkata, “Dikatakan orang yang kuat, tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah” (HR. Malik)
Dan untuk menahan amarah, bukanlah perkara mudah. Saat kita kecewa terhadap seseorang, ingin rasanya marah menyampaikan bagaimana sakitnya kita berkawan dengan harapan yang berujung kecewa atau ingin rasanya marah menyampaikan bagaimana sakitnya kita harus menerima perlakuan tidak baik darinya, dan lain sebagainya.
Ada sebuah kalimat positif yang ingin aku cantumkan disini, “Marahlah dengan bijak. Tempatkan diri kita pada posisi tegas tapi tenang. Bila hal itu bisa dilakukan, maka masalah sebesar apa pun yang menimpa kehidupan kita, akan terasa kecil dan tidak mungkin tidak menemukan solusi positif.”
Pertengkaran memang bak ritme kehidupan. Sungguh wajar, tapi jika terjadi berulang-ulang, terus menerus, maka hal tersebut bukanlah lagi termasuk dalam ‘kewajaran’. Karena dari pertengkaran, kita dituntut untuk belajar dari kesalahan dan memetik hikmah, untuk tidak melakukan pertengkaran yang sama esok hari.
Berbesar hati memaafkan dan meminta maaf
Berbesar hati memaafkan dan meminta maaf merupakan sikap mulia yang mampu meluluhkan hati siapapun, bahkan seseorang yang emosional sekalipun. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan atau tidak, adalah perbuatan terpuji. Orang yang memulai mengatakannya bisa dikatakan sebagai sosok yang lebih bijaksana. Karena satu kata ‘maaf’ mampu mengubah kecewa menjadi bahagia, dan ‘maaf’ juga yang mampu mengobati luka yang bersarang di hati seseorang. Maka dengan begitu, perselisihan atau pertengkaran pun akan terselesaikan dengan baik.
Allah SWT berfirman;
“…dan balasan kejelekan itu adalah kejelekan pula, namun siapa yang memaafkan dan memperbaiki (hubungannya), maka pahala baginya di sisi Allah. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang dhalim” (QS. Asy Syura 40)
“…dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. At Taghaabun 14)
“…dan bergegaslah kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya di saat lapang dan susah (sempit) dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan yang berbuat kesalahan kepadanya dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ali Imran 133 dan 134)
” …..dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ” (QS. An Nuur 22)
” Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. .” (QS. Al A’raaf 199)
Rasulullah SAW bersabda;
“Allah tidak akan menambah kemaafan seseorang, melainkan dengan kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
"jika rasa marah telah menyesakkan (menyusahkan) mu, maka hilangkanlah dengan memberi maaf. Sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan ada suara yang memanggilL: berdirilah siapa yang memiliki pahala di sisi Allah! Tidak ada seorang yang berdiri, kecuali orang-orang pemaaf. Tidakkah kamu mendengar firman Allah Subhannahu wa Ta'ala: “siapa yang memaafkan dan memperbaiki (hubungannya), maka pahala baginya di sisi Allah” (A’lâmuddin hal. 337)
"Hendaknya engkau memaafkan, karena tindakan memaafkan itu akan menambahkan kemuliaan seorang hamba. Salinglah memaafkan sehingga kalian mendapatkan kemuliaan dari Allah! "(Al Kafi juz 2 hal. 108 hadits no 5)
"Siapa yang banyak memaafkan, maka akan panjang umurnya."(A’lâmuddin hal. 315)
"Maafkanlah kesalahan orang-orang yang berbuat kesalahan niscaya Allah akan melindungi kalian dari takdir yang buruk. "(Tanbihul Khawathir juz 2 hal. 120)
Jember, 06 September 2015
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment