Perasaan VS Logika (Cerpen Yang Tak Dilahirkan)

“Dulu, kamu pernah mencintaiku kan?” tanyanya dengan senyum yang begitu lebar.

Aku masih mengingat dengan jelas pertanyaan itu. Pertanyaan dari kawan yang telah lama namanya tertawan di hatiku. Mendengarnya sebagai seorang wanita, sudah tugasku untuk berdusta. Dengan tegas aku menjawab ‘tidak pernah’. Namun ia tidak menyerah dan kembali berkata-kata.

“Masa sih? Meski secuil? Atau rasa kagum deh. Pernah kan? ” dahinya berkerut tanda tak percaya.
Perasaan VS Logika (Cerpen Yang Tak Dilahirkan)

Aku kembali menggelengkan kepala. Dan akhirnya ia mempercayai jawabanku. Selanjutnya, aku mulai mengarang cerita tentang cinta pertama. Aku ceritakan begitu saja, agar tak pernah menimbulkan curiga, bahwa lisanku pernah mendo’akannya dan bahwa hatiku sedang menyimpan namanya. Dengan lihai aku mengarang kisah yang sebenarnya tak pernah ada. Yang entah aku lakukan ini semua demi apa? Demi apa? Malu? Gengsi? Entahlah.

Cuplikan cerita di atas merupakan bagian dari salah satu cerpen yang aku tulis beberapa waktu lalu. Cerita pendek yang tidak pernah aku posting ini, memiliki tokoh utama bernama Ayla (wanita) dan Agya (pria). Mereka berdua lebih akrab dipanggil AY dan AG. Dan dalam kehidupan nyata, wanita memang lebih sering membohongi perasaan dan dirinya sendiri, seperti yang dilakukan Ayla. Berbohong seakan-akan menjadi kewajibannya jika berkaitan dengan perasaan dan perasaan. Pernah lihat stand up-nya Raditya Dika yang membahas tentang wanita dan airmata? Dalam materinya, Radit bercerita bahwa ketika wanita itu sedang menangis dan terisak, lalu kemudian jika ada pria yang bertanya “kamu kenapa?” maka pasti jawabannya “aku nggak apa-apa”.

Selalu seragam begitu jawaban yang akan dilontarkan setiap wanita di dunia. Iya kan? Jadi benar kiranya jika teori mengatakan bahwa wanita berkaitan erat dengan perasaan sedangkan pria lebih pada logika. Karena pria lebih condong pada logika, dan dalam memecahkan masalah ataupun mengambil keputusan berdasarkan logika. Selain itu logika dipandang lebih simple, praktis dan tentunya sangat rasional. Hal ini berkebalikan dengan perempuan, yang mengedepankan perasaan mereka daripada logika. Walaupun tidak semuanya benar. Ini juga tergantung dimana mereka tinggal. 

Secara ilmiahnya bahwa penggunaan logika dan perasaan ini ditentukan dalam proporsi penggunaan otak pada manusia. Pada otak manusia ada dua area, yaitu grey matter dan white matter. Grey matter adalah pusat informasi, sedangkan white matter adalah pusat pemrosesan informasi. Pria lebih menggunakan grey matter dalam proses berpikir, sedangkan wanita lebih menggunakan white matter dalam cara berpikirnya. Dan kalau dianalogikan dengan komputer, grey matter adalah prosessor inti komputer atau komputer itu sendiri. Sedangkan White matter adalah jaringan kabel yang menghubungkan setiap perangkat di dalam komputer.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes